Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Haedar Nashir Tokoh Sentralnya, Bukan Amien

25 November 2018   14:18 Diperbarui: 25 November 2018   14:17 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.tagar.id

"Di tahun politik, tidak boleh seorang Haedar Nashir memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di Pilpres. Kalau sampai seperti itu, (Haedar) akan saya jewer!" "Pilih pemimpin yang beriman, diyakini dan tidak diragukan keislamannya. Tanpa harus saya sebut nama, pasti Muhammadiyah sudah tahu," ujar Prof Dr. Amien rais di Islamic center Surabaya, Jawa timur.

"Halah jewer-jewer, enggak usah diperhitungkan itu. Muhammadiyah memberikan kebebasan pada anggotanya. Itu sesuai Muktamar Ujung Pandang 1971 lalu. Diperkuat Panwil dan berbagai kesempatan. Saya rasa (kebebasan) ini bagus. Sebagai ormas sipil, yang lahirnya mendahului bangsa dan negara. Jadi kita enggak perlulah ada jewer-jewer itu. Enggak usah didengar itu," ucap Prof. Syafi'i Maarif seperti dilansir laman liputan 6. Beliau menuturkan, semuanya diserahkan saja ke warga Muhammadiyah. Asal jangan sampai tidak memilih atau Golput.

"Jadi itu serahkan saja pada warganya (warga Muhammadiyah) sebagai warga negara. Tapi jangan golput. Bukan netral, jadi bebas menentukan pilihan. Tidak digiring dan diarahkan pada satu calon atau partai," ungkap Syafi'i. Beliau pun menepis bahwa dirinya bukan tokoh sentral lagi di PP Muhammadiyah. Hal ini berlaku sama dengan Prof. Amien. "Dulu, sekarang enggaklah. Sekarang Haedar tokoh sentralnya. Bukan Amien, bukan saya." tutur Syafi'i.

Pendapat atau seruan elit perlu dipahami latarbelakangnya. Terlebih dimana dia berdiri saat ini. Berada di kubu mana dan sedang menduduki posisi apa. Oleh karena itu, seruan besannya H. Zulkifli hasan itu mengarah kepada salah satu paslon. Namun jika dicermati, tidak ada paslon di pilpres tahun depan yang beriman dan punya komitmen kuat terhadap nasib Umat islam.

Komitmen terhadap keluarga dan kroni itu pasti!. Semua paslon doyan klenik dan umbar janji melangit. Fakta tak terbantahkan, paslon yang disokong Prof Amien rais sujud di makam Sang proklamator. Entah apa maksudnya dia melakukan hal itu. Paslon lain tidak becus mengucap "al Fatihah", sekaligus menandakan beliau tidak bisa membaca ayat al-Quran.

Anngota maupun simpatisan Muhammadiyah dilapisan bawah boleh berpartisipasi di dunia politik. Hanya saja elit-elitnya jangan "Hipokrit" alias bermuka dua. Mengaku dukung paslon A, tetapi menerima langsung tawaran kursi menteri atau komisaris BUMN dari paslon B. Rasulullah saw menyebut orang model begini sebagai manusia paling buruk!. "Sesungguhnya manusia yang paling buruk ialah yang bermuka dua, ia mendatangi satu kelompok dengan satu muka, dan mendatangi kelompok lain dengan muka yang lain pula". (HR. Muslim).

Jangan pula elitnya "keblinger". Menjatuhkan paslon B, tetapi paslon A yang diusung bobrok pula akhlak dan rekam jejaknya. Akrobat-akrobat model begini sangat menodai slogan " ISLAM BERKEMAJUAN". Warga Muhammadiyah tak perlu berburuk sangka kepada petahana. Petahana tetap merangkul Muhammadiyah. Bukankah salah satu elitnya sudah dihadiahi kursi Mendikbud RI. Malah ada elit senior yang menjadi Wantimpres. Masih kurang kah?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun