“PUISI KARYAKU, Tahun demi tahun berlalu, kini tiba Bulan Desember tepat tanggal 30, seraya rinai hujan yang turun, membasahi dedaunan, kupeluk erat bayanganku sambil melihat kembang api dan mencium aroma tahun baru, debur ombak membasahi tulang tulangku”, aku langsung berhenti membaca ketika Pak Nugroho datang, sambil menahan rasa malu aku mulai duduk.
“Sudah selesai anak-anak?”, tanya pak guru.
“Sudah, pak”, seru anak-anak.
“Oke, sekarang kumpulkan ke depan ya anak-anak!”, perintah pak guru kembali.
“Treet... treett... trettt...”, bunyi bel pelajaran selesai. Seluruh siswa langsung berhamburan menuju area parkir.
Tiba-tiba suara jeritan terdengar sangat keras, tak sengaja aku melihat perempuan berkerudung merah lewat di depan mataku. Mataku langsung terbelalak melihat sosok perempuan cantik dan senyumnya sangat manis. Aku terasa terhipnotis olehnya, baru aku tersadar saat ada yang memukul bahuku pelan dari belakang, yaitu Dewi.
“Ngapain kamu ngelamun sendiri di sini?” tanya Dewi.
“Eh, kamu nggak liat ada cewek cantik lewat?” kataku.
“Mana?? Orang gaada siapa-siapa juga kok”, kata Dewi.
“Haaa.. masa kamu nggak liat?” tanyaku penasaran.
“Gaada, yakin aku.” Kata Dewi meyakinkan.