Mohon tunggu...
Fadlih Eka
Fadlih Eka Mohon Tunggu... -

Orang Awam

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kado Istimewa Dari Sang Pencipta

13 September 2014   21:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:47 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://tenteraverbisa.files.wordpress.com/2014/08/banner.jpg?w=300&h=173

~NYAUR KUDU DIUKUR, NYABDA KUDU DIUNGGANG~

Kemampuan berbicara adalah salah satu nikmat besar yang harus senantiasa disyukuri. Namun, disisi lain adapula saudara-saudara kita yang mendapatkan kenikmatan lain dalam bentuk istimewa, mereka mendapatkan kado istimewa dari Sang Pencipta.

Kemampuan mengungkapkan kata-kata memang merupakan anugerah yang luar biasa, tetapi jika kita tidak bisa memanfaatkannya, itu semua bisa menjadi bumerang yang menikam. Sebagian besar dari kita banyak yang belum menyadari bahaya lisan. Cukuplah bagi kita sebuah perkataan Abdullah Ibnu Mas’ud Radiallahu’anhu yang mengatakan “Wahai lisan, ucapkan yang baik maka kamu akan beruntung! Dan diamlah dari mengucapkan keburukan maka kamu selamat, sebelum kamu menyesal.”

Manusia teladan kita semua, Muhammad bin Abdullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah memberikan kabar betapa bahayanya lisan. Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari beliau bersabda “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka jahannam”. Mengenaskan memang ancaman dari hasil perkataan yang tidak baik adalah neraka, kita semua berlindung kepada-Nya dari adzab pedih neraka.

Tidaklah perlu terlalu jauh kita berbicara akibatnya di akhirat kelak, di dunia yang sementara ini saja banyak kita lihat dan rasakan bahaya dan akibat daripada lisan. Hubungan orang tua dengan anak bisa putus hanya karena lisan, suami dan istri yang memadu kasih selama bertahun-tahun bisa bermusuhan dalam hitungan detik saja. Karena apa? Ya, karena lisan. Seorang yang intelek akan pendidikan bisa dicemooh, dituntut ke meja hijau bahkan diinapkan di prodeo hanya karena hasil ucapannya.

Masih hangat di telinga dan mata kita seorang mahasiswi S2 di Yogyakarta yang dicemooh oleh banyak orang, bahkan sampai-sampai ia dituntut dalam proses hukum. Itu semua karena ia menuangkan pembicaraannya melalui salah satu akun media sosial. Mahasiswi itu terlihat senang dan enjoy dalam meng-update statusnya, bahkan ia mempersilakan kawannya untuk memposting ulang kicauannya tersebut. Sama sekali ia tidak menduga bahwa pelampiasannya itu akan berujung duka. Hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk ia menumpahkan emosinya, namun akibatnya berkepanjangan.

Berawal dari kejadian mahasiswi ini antre di salah satu SPBU Yogyakarta untuk mengisi bahan bakar pertamax untuk motornya namun ia mengantre di jalur mobil, sesampainya di depan petugas mahasiswi ini diminta untuk berpindah ke jalur motor yang panjang antreannya. Karena kesal mahasiswi ini pun menerobos antrean dan sempat ditegur oleh pihak TNI yang sedang berjaga. Kecewa dengan kejadian tersebut mahasiswi ini mengungkapkan isi hatinya di media sosial “Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya, teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal di Jogja”. Ada beberapa orang temannya yang berkomentar, salah satu meminta untuk memposting ulang dan mahasiswi ini mempersilakan, yang lain bertanya ada apa gerangan sehingga ia berkata demikian. Kemudian mahasiswi ini menjawab “Orang Jogja bangsat. Kakak mau beli pertamax 95 mentang-mentang pake motor harus antri di jalur mobil trus gak dilayani. Malah disuruh antri di jalur motor yang stuck panjangnya gak ketulungan. Diskirminasi. Emangnya aku gak bisa bayar apa. Huh”.

Hanya membutuhkan beberapa jam saja sentak berita ini tersebar luas. Warga Yogyakarta banyak yang mengecam ucapan mahasiswi ini, beberapa ormas mengadukan perkataannya ke kepolisian dan akhirnya mahasiswi ini pun harus mengikuti proses hukum.

Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diunggang. Pepatah ini sangat terasa pas untuk mengungkapkan kejadian yang menimpa mahasiswa tersebut. Itulah bahayanya lisan, kita mesti berpikir dengan matang apa yang akan kita ucapkan atau lebih baik memilih untuk diam.

Kembali kepada topik utama dalam tulisan ini, yaitu mengenai kado istimewa. Amat beruntung orang yang mendapatkan kado tersebut, terlebih lagi yang memberinya adalah Rabbul ‘Alamin. Mereka adalah saudara-saudara kita penyandang tunawicara. Seakan merugi namun pada hakikatnya mereka sangat beruntung. Mereka tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya digunjing dan dituntut karena salah dalam berucap, yang istimewa mereka telah terminimalisir dari sebuah adzab neraka yang disebabkan oleh lisan. Sungguh menakjubkan mereka sudah tenang dalam satu hal, walaupun masih banyak pintu-pintu maksiat yang mungkin dilakukan, tetapi setidaknya mereka akan terbatas dalam melakukan dosa-dosa lisan seperti ghibah, namimah, mencela, berkata dusta dan yang lainnya.

Wahai saudara-saudaraku (para tunawicara), kalian memiliki keistimewaan, kalian pula manusia pilihan Allah Ta’ala untuk mendapatkan sebuah kado istimewa. Berbahagialah dan senantiasa bersyukur. Tetaplah menjadi pribadi-pribadi yang rendah hati namun tidak merendahkan diri dihadapan manusia lainnya. Kalian patut merasa bangga dengan keistimewaan kalian, yang kemudian kalian berusaha untuk meraih kunci-kunci surga yang lain. Dan, tetaplah semangat melangkah dalam semua ibadah.

Tulisan ini disertakan dalam kontes GA Sadar Hati – Bahasa Daerah Harus Diminati.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun