Mohon tunggu...
Fachrul Khairuddin
Fachrul Khairuddin Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Terus Menulis!!!

Selanjutnya

Tutup

Money

Cerita Sebenarnya Perihal Lagu Jauh dan Perempuan Bernama Gaby

9 November 2012   06:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43 7452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tidak sengaja penulis berjumpa Rifai di Gruzy Café Makassar. Dia sedang bercanda bersama adik dan teman-temannya. ‘Tak tampak masalah yang membebaninya. Dia santai, tertawa lepas.

Rifai atau akrab dipanggil Pay adalah pencipta asli sebuah lagu bagus berjudul Jauh. Lagu tersebut pertama kali dinyanyikan oleh Caramel Band di sebuah acara yang diadakan kelompok pencinta alam Sang Dipa, Stimik Dipanegara, Makassar, tahun 2004 silam.

Oleh Pay, aksi tersebut direkam dan kemudian diupload di internet dan menyebar. Nama filenya: Jauh - Caramel (Sang Dipa). Di Makassar, lagu tersebut menyebar di radio-radio dan menjadi terkenal antara tahun 2005 dan 2006. Penulis sendiri biasa mendengarnya saat browsing di warnet.

Masalah muncul pada tahun 2009, lagu tersebut terkenal di seluruh Indonesia dan dinyanyikan oleh Caramel Band yang personalnya bukan Pay dan teman-temannya, tapi Caramel Band asal Surabaya. Sengketa pun terjadi antara Caramel Makassar dengan Caramel Surabaya dan menjadi berita hangat di info-tai-nment. Nagaswara, perusahaan rekaman yang menyebarkan lagu tersebut, juga bersuara blak-blakan.

Cerita mistis perempuan bernama Gaby pun dibalut ke lagu tersebut. Tahun 2010, lagu Jauh dan sosok Gaby dikonversi menjadi sebuah filem berjudul Gaby. Di Makassar, meskipun promosi filem tersebut besar, tapi tidak mendapat sambutan antusias.

Penasaran dengan sikap Pay, penulis pun bertanya ke seorang teman yang kebetulan akrab dengan Pay perihal masalah sebenarnya dari lagu Jauh. Teman itu bercerita bahwa sebenarnya Pay yang salah, dia sudah terikat kontrak dengan Nagaswara tapi kemudian beralih ke perusahaan rekaman lain. Nagaswara yang ‘tak mau kehilangan untung pun menyebarkan lagu tersebut dengan membentuk band lain bernama sama, Caramel. Dan begitulah seterusnya……Adapun cerita mistis tentang perempuan bernama Gaby, hanyalah cerita omong kosong belaka!

Di jaman digital saat ini, bisnis lagu memang bisnis menguntungkan. Satu lagu bagus bisa meraup omzet hingga milliaran rupiah, melalui Ring Back Tones (RBT), CD, kaset, dan lainnya. Perusahaan rekaman adalah motornya. Makanya, kalau ada lagu bagus, mereka tidak akan melepaskannya begitu saja, meskipun dengan cara-cara yang kejam.

Mungkin karena itu pulalah sebagian musisi memilih jalur independen (indie). Mereka tidak mau berurusan dengan perusahaan rekaman. Band-band seperti Naif, Netral, Efek Rumah Kaca, adalah sebagian dari musisi itu.

Jalur independen punya penggemar tersendiri; bahkan sangat fanatik. Mereka pun ‘tak sungkan mencaci band indie yang membelot ke perusahaan rekaman, semisal The Changcuters.

Lagu bagus…perusahaan rekaman…musisi…milliaran rupiah…inilah bisnis uang!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun