Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah
"Apa yang kamu harap kembali, belum tentu akan kembali. Apa yang kamu anggap tinggal, juga belum tentu akan tinggal"
Kamis adalah hari yang paling manis diantara yang lainnya, tetapi bukan dengan musyawarah dan tumpukan selembaran kertas yang berisi pasal-pasal yang harus di fahami dan dikritisi.
Musyawarah harapannya dilakukan secara damai, aman, dan tentram karena bertujuan untuk menghasilkan kemufakatan. Tetapi, di lapangan sangat berbeda peristiwanya dengan apa yang diharapkan karena masih ada yang memiliki kepentingan pribadi ataupun kelompok.
Di hari kamis, akan menambah semangat pria berkumis tipis untuk selalu berpenampilan manis. Pria yang bersemangat untuk selalu terlihat manis bernama Rio, seorang mahasiswa fakultas agama islam di salah satu universitas terkemuka di Yogyakarta.
Dia dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang kritis karena selalu memiliki hasrat untuk membaca buku dan berdiskusi. Oleh sebab itu, di forum musyawarah dirinya tidak gagap untuk menyatakan argumentasi yang disertai gagasan-gagasan hangatnya.
Awalnya, dia merupakan salah satu mahasiswa yang menolak sebuah faham tentang percintaan bernama bucinisme. Akan tetapi, faham tersebut mulai pudar ketika bermula saat dirinya mulai tertarik dengan seorang wanita yang sering di panggil Rani.
Sebelumnya, mereka sudah bertemu tetapi di dalam forum yang berbeda dan keadaan yang berbeda pula. Entah hal ini hanya sekedar harapan, atau dapat di buktikan di waktu esok bahwa Rio akan memilikinya.
Di saat mereka bertemu, saling tidak menyapa satu sama lain. Tetapi, Rio mencoba mencari nomer WhatsAppnya untuk dapat berkomunikasi lebih intim dengannya. Rio tidak berani untuk mendekatinya secara langsung, oleh sebab itu langkah yang di ambil adalah secara tidak langsung. Atas dasar belum tepat waktunya, Rio mencari strategi politik untuk mendapatkan wanita itu dan caranya adalah mendekati teman wanitanya yang bernama Rosa, seorang mahasiswi satu tingkat lebih di atas Rani.
Langkah yang diambil oleh Rosa untuk membantu Rio dimulai dari Rosa yang mengirim pap foto Rani, tetapi masih juga Rio belum berani untuk mendekatinya secara langsung. Hal ini belum bisa dikatakan sebuah tindakan pengecut karena Rio bukan takut tetapi hanya belum siap.