Entah kini pacaran dilakukan sebagai ajang latihan untuk menghadapi kehidupan didalam pernikahan atau hanya dilakukan untuk kesenangan lawan jenis untuk memuaskan nafsu semata. Dr. Fahrudin Faiz, M.Ag mengatakan bahwa mayoritas orang Indonesia, terutama anak muda kaum millenial sangat aneh, yang dulunya memanggil kekasihnya dengan sebutan sayang, bebeb, baby, dan sebagainya, kini memanggil kekasihnya dengan sebutan akhi dan ukhti agar Islami. Walau dengan kata --kata Islami, tidak dapat pungkiri bahwa pacaran sangat dilarang dalam Islam karena mengarah pada kezinahan.
Surat Al-Isra' ayat 32 mengatakan bahwa "Dan janganlah Kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk". Tak hanya didalam surat Al-Isra', banyak dalil-dalil Al-qur'an yang melarang keras pacaran  karena akan menimbulkan nafsu yang buruk demi kepuasan hasrat semata. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Reckitt Bencikiser melalui alat kontrasepsi durex terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia, menemukan 33 persen remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi. Hal ini mayoritas dilakukan oleh seseorang atas dasar cinta dan pembuktiannya sebagai alibi pemuas nafsunya.
Jika mayoritas masyarakat Indonesia menginginkan kemajuan, pendidikan umum dan agama harus diberikan sejak kecil terutama dalam lingkup keluarga. Pondasi yang kuat, akan meminimalisir pengaruh dari luar ketika dalam tahap mencari pengalaman.Â
Dasar cinta yang jelas adalah memberikan segala hal kepada lawan jenis tanpa mengharapkan apa-apa sehingga tidak ada kalkulasi dan perhitungan, mendoakannya didalam setiap langkah, serta dapat merealisasikannya dalam bentuk hubungan yang jelas, yaitu pernikahan.Â
Pada dasarnya, tujuan pernikahan adalah meneruskan keturunan, menciptakan keharmonisan, ketakwaan, kekekalan, dengan mengharap ridho Allah SWT. Memang kesenangan itu bukanlah hal yang paling utama, tetapi akar yang baik akan menumbuhkan batang dan buah yang bagus, begitu pula cinta. Jika dalam cinta bersikap positif dan menghindarkan ego dalam setiap penyelesaian persoalan, maka akan berbau manis, harum, dan terlihat harmonis.