Mohon tunggu...
Fachrudin Alfian Liulinnuha
Fachrudin Alfian Liulinnuha Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya sekedar freelance

Hanya ingin sekedar berbagi, bukan menggurui....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Camping" dan "Trekking" Asyik di Kalikuning Adventure Park

12 Januari 2018   20:53 Diperbarui: 13 Januari 2018   16:22 1841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan menurun menuju plunyon (Dokpri)
Jalan menurun menuju plunyon (Dokpri)
Kawasan plunyon sudah kami tapaki, disini keindahan lanskap kalikuning yang sebelumnya kami lihat dari atas semakin terlihat nyata. Kata pemandu kami, di plunyon ini sering menjadi tempat outbond, camping dan foto prewedding. 

Pohon-pohon pinus kokoh berdiri walaupun jumlahnya tidak sebanyak sebelum terkena erupsi. Beberapa pohon yang saya lihat banyak yang berdiri tegak, tapi kering kerontang tak berdaun alias mati. 

Tapi pohon tersebut tidak dirobohkan karena menjadi rumah idaman bagi sekelompok burung Perling bermata merah. Burung yang sekilas terlihat menyeramkan tersebut bersama koloninya membuat sarang di setiap rongga atau lubang dari pohon pinus yang sudah mati itu.

Kami juga sempat melihat aktivitas si Perling dengan teropong dan monokuler di spot pengamatan burung yang bertempat di dekat gerbang masuk Plunyon. 

Disana tingkah laku lincah si Perling bisa langsung kami lihat secara jelas, dari mulai keluar masuk sarang hingga ada yang saling bercumbu dengan pasangannya, hehe.. Jujur saja, saya baru pertama kali melihat jenis burung seperti itu, berbulu hitam, bermata merah dan memiliki suara yang khas. sebuah pengalaman berharga yang saya dapatkan dari lembah kalikuning ini.

Pohon pinus mati (dokpri)
Pohon pinus mati (dokpri)
Burung Perling (Foto by afrizal/https://www.instagram.com/p/BduB7wdlVdi/?taken-by=afrizal_nh
Burung Perling (Foto by afrizal/https://www.instagram.com/p/BduB7wdlVdi/?taken-by=afrizal_nh
Perjalanan kami lanjutkan untuk segera menuju umbul temanten, jalur-jalur yang kami lewati begitu beragam dan cukup menantang. Dari mulai melewati jembatan plunyon yang legendaris hingga menyebrang kali Kuning dengan meniti pipa air. 

Menyibak ilalang dan meniti pipa-pipa PDAM yang letaknya tak beraturan harus kami lakukan untuk sampai ke tempat yang ingin kami tuju, di beberapa titik jalan juga menjadi licin karena ada air mancur dadakan yang muncrat dari pipa-pipa air yang bocor.

Setelah melalui berbagai medan jalan yang cukup menyulitkan, akhirnya kami sampai di umbul temanten. Kesegaran semakin terasa karena di umbul temanten terdapat dua mata air, yaitu "umbul wadon" yang memiliki aliran air yang tenang dan "umbul lanang" dengan mata airnya yang mengalir deras. 

Kedua mata air tersebut menjadi sumber air yang penting karena mengaliri daerah-daerah yang berada di bawahnya. Saya sempat meminum langsung air dari sumber mata air umbul lanang, rasanya terasa segar dan insya Allah aman untuk dikonsumsi.

Meniti pipa air (dokpri)
Meniti pipa air (dokpri)
Kami pun beristirahat sejenak di spot area umbul temanten. Inilah suasana yang kami rasakan di akhir jalur trekking yang mengasyikkan ini, Membuat kopi dan teh sambil nyemil jajanan pasar ditemani suara gemriciknya air dari umbul lanang dan udara sejuk yang menentramkan hati. 

Walaupun lelah terasa dan tangan agak gatal-gatal karena sibuk buat nyibak ilalang, tapi rasa kebersamaan, kesejukan dan ketentraman yang kami rasakan seakan merontohkan rasa keluh-kesah yang mungkin sebelumnya hingggap dalam diri kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun