Mohon tunggu...
Faatihah Abwabarrizqi
Faatihah Abwabarrizqi Mohon Tunggu... Freelancer - faatihaha.com

penyuka hujan dan penggila nanas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

6 Alasan Kenapa Kamu Harus Berhenti Bersikap Nyinyir terhadap Drama Korea

12 Juli 2019   13:17 Diperbarui: 16 Juli 2019   21:30 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Do Kyungsoo atau D.O EXO dan Nam Ji Hyun dalam drama 100 Days My Prince.(100 Days My Prince) | entertainment.kompas.com

1. Drama Korea itu Realistis
Jika kita ingat di awal tahun 2000-an, saat itu Indonesia sedang terpapar sinematografi naga terbang dalam negeri kala Korea Selatan mengimpor produk drama dari sosok sejarah Dang Jang Geum yang menampilkan sinematografi dengan garapan apik dan serius, setiap wardrobe dan propertinya benar-benar dibuat sedekat mungkin dengan eranya.

Jang Geum, Jewel In The Palace. Sumber: daum
Jang Geum, Jewel In The Palace. Sumber: daum

Hingga saat ini, sejumlah drakor yang -cukup khayal- sebutlah Goblin dengan pedang berapi biru, kapal terbelah yang karam ditengah badai, nyatanya masih tidak tampak janggal berkat teknologi CGI yang digarap dengan serius (bisa dilihat di episode spesial).

Jika sinetron dalam negeri kerap membuat simpel suatu penyakit pasca kecelakaan dengan membelitkan perban di dahi, drakor sudah menyajikan adegan ruang operasi lengkap dengan surgical video-nya. Jika sinetron dalam negeri kerap mendeskripsikan tokoh utama lelaki yang kaya- raya berprofesi sebagai pengusaha yang menggunakan setelan jas ke kantor, drakor tidak takut mendandani aktornya dengan berbagai setelan yang disesuaikan dengan ragam aktivitas dalam pekerjaan seperti CEO advertising di My Introverted Boss.

2. Berlatarbelakang Kehidupan Sehari-hari Maupun Sejarah dalam Beragam Tem
Indonesia juga memproduksi sinetron dengan latar belakang kehidupan sehari-hari seperti cerita Tukang Bubur, Driver Ojol, Anak Muda di Jalan dan lainnya, Korea Selatan memproduksi drama dengan latar kehidupan sehari-hari yang lebih beragam lagi, sebut saja School dan Replay yang sudah masyhur itu banyak bercerita tentang kehidupan sosial di Korea Selatan, tetapi lebih spesifik lagi, industri drama di sana sudah berani mengombinasikan kehidupan sehari-hari dengan tema-tema yang lebih spesifik.

Drama berlatar belakang hukum seperti Suspicious Partner, kita bisa menyimak bagaimana cara kerja Jaksa dan Pengacara di Korsel atau drama Nothing To Lose yang menggambarkan dengan detil bagaimanakah kerja dan apa hal-hal dilematis yang dihadapi profesi hakim.

Sumber ilustrasi: koreandrama.org
Sumber ilustrasi: koreandrama.org

Drama berlatar belakang militer di wilayah krisis digambarkan dengan apik di Descendants of The Sun, bagaimana tentara bekerja menghadapi terorisme, pengamanan bom, misi gabungan, misi kemanusiaan dijelaskan tanpa membosankan. Drama berlatarbelakang industri jurnalistik pun dimainkan oleh pemeran Pinnochio dengan sangat meyakinkan. Industri drama di Korea Selatan memang digarap dengan sungguh-sungguh, berdasarkan riset dan observasi yang mendalam sejak dari penulisan naskah.

3. Diproduksi Secara Konsisten
Konsisten yang dimaksud adalah durasi dan panjang drama yang ditayangkan sesuai dengan kesepakatan. Alur cerita tidak berubah, tidak berkurang atau bertambah mengikuti rating. Ini penting untuk menjaga alur cerita.

Kita sudah hafal bagaimana dengan mudahnya sinema dalam negeri menambah cerita dan episode saat rating dirasa bagus, juga bagaimana mereka menggeser second lead male and female menjadi tokoh yang lebih banyak diceritakan jika mereka lebih disukai penonton. Drama Korea jarang kehilangan fokus, walaupun entah setelah tamat pemirsa lebih menyanjung second lead daripada tokoh utamanya. 

4. Membawa Misi, Baik Pesan Moral maupun Edukasi
Disadari atau tidak, kebanyakan sinematografi Indonesia kerap mengaplikasikan mentah-mentah fenomena sehari-hari kedalam project cinematic mereka. Jika sedang pelakor sedang tren, di-branding sinetron berjudul perebut suami orang, jika kenakalan remaja sedang tren dibuat sinetron yang malah menampilkan kenakalan remaja tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun