Di sebuah kerajaan yang tersembunyi di bawah langit kelam, di mana bulan selalu menggantung rendah dan bintang-bintang bersinar redup, hiduplah seorang gadis mungil di dalam menara kaca yang tinggi. Ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya berjalan di tanah yang luas, tidak pernah menyentuh rerumputan, dan hanya mengenal suara angin yang berbisik melalui celah-celah jendelanya. Di dalam menara itu, sang gadis hidup di bawah aturan ketat. Dinding-Dinding yang tinggi membuatnya tidak bisa melihat sekitarnya.
Dunia baginya hanya sebatas lorong-lorong panjang dan jendela-jendela besar yang menunjukkan langit, tetapi tidak pernah membiarkan ia menyentuh dunia luar. Ia tidak tahu bagaimana rasanya memilih, tidak tahu apa yang ia inginkan, dan hanya menjalani hari-hari dalam kepatuhan. Namun, hatinya rapuh. Setiap langkahnya terasa ringan, seakan angin bisa menerbangkannya kapan saja.
Hingga suatu malam, saat bintang jatuh melesat melintasi langit kerajaan, cahaya kecil menyelinap ke dalam jiwanya. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dinding-dinding kaca ini. Ia ingin melihat apa yang ada di luar menara, ingin menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar bayangan dirinya sendiri di cermin.
Dengan berani dan gemetar ia menyusun rencana. Ia menapakkan kaki ke tanah di luar menara untuk pertama kalinya. Namun, akhirnya dia menyadari bahwa dunia luar ternyata bukan tempat yang ramah. Di setiap sudutnya, ia menemukan kabut tebal, jalan-jalan berbatu, dan makhluk-makhluk asing yang menguji keberaniannya. Ia jatuh ke lubang-lubang gelap, dihantam badai kegelapan, dan berkali-kali hampir menyerah. Tapi setiap luka dan goresan menjadi tanda perjalanan. Namun, dia berusaha bertanggung jawab terhadap keputusannya.Â
Sampai suatu ketika, ia tersesat dalam sebuah hutan yang mengerikan. Pepohonan di sana bergerak sendiri, berbisik tentang ketakutan yang belum pernah ia ketahui. Udara dingin membekukan tulangnya, dan suara bisikan semakin menggema di telinganya. Gadis itu mencoba berlari, tapi akar-akar gelap mencengkeram kakinya, menariknya semakin dalam ke dalam bayangan. Ia berusaha melepaskan diri, namun tanah di bawahnya runtuh yang membuat dia terperosok dan jatuh.
Ia terjun ke dalam jurang yang begitu dalam, tubuhnya melayang dalam kehampaan, sebelum akhirnya menghantam tanah berbatu. Rasa sakit menyelimuti sekujur tubuhnya. Nafasnya tersengal, kesadarannya perlahan memudar. Ia merasa telah mati, raganya tak lagi sanggup bergerak. Hanya ada kegelapan. Hanya ada kehampaan.