Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekspedisi Ventira, Negeri yang Hilang (30/Bag:5/Waktu adalah Guru & Tuan)

7 Juni 2020   01:05 Diperbarui: 7 Juni 2020   01:35 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cerita/ilustrasi: Franklin Towoliu

 "Ehm... tidak cukup. Cukup. Saya akan menambah sendiri kalau saya mau. Dan rupanya saya sudah akan berpamitan pak." Kata Elis akhirnya.

 "Apa gorengannya saya bungkus saja ya, non?" Pak Hapri lagi.

 "Akh, tak perlu pak terim kasih. Kalau saya mau saya akan minta sendiri," jawab Elis, sambil menandaskan kopi di gelasnya.

 "Tak ada pesan lagi ya, non?" tanpa sadar Pak Hapri bertanya lagi.

 Elis menatapnya dengan cahaya mata yang penuh kali ini sedikit menyimpan senyum. "Aduh, pak... Anda bertanya lagi. Lupa ya?" katanya.

 "Eh, aduh. Maaf non. Maaf," Pak Hapri salah tingkah.

 "Pokonya infonya itu saja dulu. Itu juga yang saya ketahui. Hanya itu. Jangan bertanya lagi. Kalau ada perintah terbaru saya akan segera mengabarkannya pada anda, Pak." Tandas Elis.

 "Baiklah non. Sebelumnya terima kasih sudah mengunjungi tempat saya yang sederhana ini. Inilah kehidupan saya yang lalu dan sekarang. Saya tak ingin melupakan kehidpan ini non." Ungkap pak Hapri pada Elis sambil mengantarkan Elis ke luar pintu.

 "Saya pikir anda sudah melupakan rumah setelah tiga tahun tinggal di rumah gedungan, pak. Itu yang membuat anda layak menjadi seorang Pengelola Amanah." Puji Elis.

 "Sekali lagi terima kasih non. Non Elis terlalu memuji saya. Bukankah kesombongan sangat tidak di isinkan di komunitas? juga bisa membuat kita jatuh, kan? Saya malah takut non." Pak Hapri merendah sambil berdiri disamping Elis yang sudah ada di atas motornya.

 "Taka apa-apa, pak. Saya hanya berkata apa adanya. Ngomong-ngomong terima kasih atas kopi dan gorengannya." Kata Elis lagi. Kali ini ia tak menahan senyum lagi. Sehingga pesonanya terpancar dalam tempias lampu jalan dan lampu teras di rumah sederhana pak Hapri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun