Sedang di tepian negeri orang menonton keindahan kita- kata mereka...
Lihat sepasang kekasih... Ia (aku) dan kekasihnya (kehidupan damainya)...
Mereka tak berbatas tembok atau samudera...
Tapi mereka memijaki langit...
Berjalan di atas keinginan yang barusan dilibas gelombang dari Wuhan..
Pernahkah aku bilang engkau salah..?
Tidak... kita harus jalani rentang ini, lantaran di ujung rentang lain ada cahaya menanti kita...
Rindu aku pada gelombang...
Pada bangunan sepi yang kita gambar di atas pasir...
Lalu kata mu di telingaku_seperti guruh yang menghempas angkuhku...
Ssstt... Tuhan menontoni kita, bisikmu seperti sepasang manusia Eden yang sembunyi dari tuannya... karena salah? Atau karena dosa?Maka biarkanlah gelombang palsu itu berceloteh,,,Â