Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ekspedisi Ventira, Negeri Yang Hilang (3)

8 April 2020   08:58 Diperbarui: 20 April 2020   20:24 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita dan Ilustrasi; Franklin Towoliu

Raiva harus melanjutkan hidup di Jerman, menemani ayah, ibu dan dua orang adiknya karena tugas ayahnya yang merupakan seorang Duta Besar Republik Indonesia untuk negara berbentuk republik federal itu. Selanjutnya  sejak berpisah, mereka hanya bisa berkomunikasi lewat hanphone dan email. Itupun sesekali saja karena di sibukkan oleh aktifitas sendiri.  

Raiva akhirnya menetap di Jerman dalam waktu yg lama sambil mengejar gelar Magister hingga doctor Physicologi-nya di negara yang berjuluk Der Panzer itu. 

      Perjumpaan kembali kedua wanita tangguh ini di picu oleh pertemuan tak sengaja antara Raiva dengan seorang pria berwarganegara Belanda di EinGefallen restaurant, yang berada di tengah gemerlapnya kota Berlin.  Pria yang juga bergelar doctor arkeologi dari Ruhr University Of Bochum di kota  Bochum Jerman ini kemudian menawarkan sebuah proyek penelitian dan penggalian yang bagi Raini terlalu  ambisius tapi tak masuk akal.  Latar belakang, dasar pemikiran dan tujuan utama proyek yang ditawarkan pria ini nyaris membuat Raiva menggeprak meja kalau saja ia tak menyadari waktu itu mereka sedang ditatap oleh beberapa pasang mata. Namun anehnya, tak berselang lama kemudian, entah bagaimana teknik serta kepiawaian pria tersebut merepresentasikan proyeknya sehingga Raiva pun nampak mulai mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Dan benar saja. Beberapa saat kemudian akhirnya Raiva menerima permintaan pria Belanda itu dan bergabung dalam proyeknya.

      Raiva sendiri berkuliah di kota Mainz, tepatnya di  Johannes Gutenberg Universitat Of  Mainz, yang jaraknya 253 kilometer dari kota Bochum tempat kampus Daniel berada. Sementara kalau dari Berlin ke Mainz jaraknya terpaut 580 kilometer atau sekitar 5 jam 55 menit on the road. Sedang dari Bochum ke Berlin jaraknya agak mendingan yakni berkisar 500-an kilometer lebih.

Pria tersebut bernama Daniel Aleks Van Der Kley dan berusia 36 tahun. Ia setahun lebih muda dari Raiva yang seumuran dengan Rainy. Daniel juga memiliki seorang opa yang punya memori terhadap Indonesia, khususnya Palu. Maklum, kakeknya seorang serdadu Belanda yang terlibat perang Dunia II di Indonesia. Ia kemudian kepincut  dengan seorang  gadis pribumi  dari suku Kaili, suku dominan yang ada di  Provinsi Sulawesi Tengah. 

Sedikit menyinggung soal Daniel, ia pria yang tampan sebenarnya. Ia juga jenius. Hanya ia memang berperangai urakan terutama dalam penampilan.  Cara ia bertindak tanduk juga terkesan seenaknya. Tapi dibalik itu Daniel adalah seorang yang sangat teliti dan berdisiplin tinggi soal waktu.  Melihat gayanya orang pasti tak akan menyangka kalau ia adalah seorang peneliti yang sangat diperhitungkan dan ada di level top para peneliti German. Kejeniusan dan ketelitiannya membuat ia banyak mengukir prestasi di bidangnya. Tak heran ia banyak mendapat proyek penelitian dari berbagai lembaga dan badan riset Jerman. 

Bahkan saat ia bertemu dan menawarkan proyek pribadinya pada Raiva, sebenarnya ia sedang terikat kontrak dengan salah satu organisasi penelitian di negerinya Om Hitler itu. Tapi demi proyek ambisiusnya, ia kemudian berniat meninggalkan proyek yang sudah terlanjur kontrak itu. Baginya misi ke pegunungan Salubomba di Sulawesi tengah adakah misi yang sangat besar dan utama. Sama seperti Raiva, awal-awalnya Rainy juga menuding proyek itu sebagai proyek sia-sia dan mustahil. Itu ketika Raiva mengajak dan menceritakan semua hal tentang misi itu pada Rainy.  

Raiva sempat menebak-nebak kalau proyek Daniel ini dibiayai oleh DFG (Deutsche  Forschungsgemeinscaft), sebuah Organisasi pendana penelitian yang terkenal di Jerman.  Sayangnya ia tak memiliki bukti kuat. Sebaliknya ia juga belum bisa membuktikan kalau proyek tak masuk akal milik Daniel ini adalah proyek yang lahir oleh ambisi pribadi seorang Daniel. Karena anggaran proyeknya begitu fantastis termasuk nilai pembagian yang diberikan padanya. Di mata Raiva, daniel tak memiliki uang sebanyak itu. 

Raiva juga dapat melihat peluang mereka untuk ditertawakan media massa dan dunia. Mereka akan dibuat lelucon dan orang akan berpikir mereka adalah sekelompok peneliti sinting. Entahlah.  Ia hanya mau membuktikan pada ayahnya bahwa ia bisa mendapatkan pekerjaan dengan honorarium yang besar. Apalagi di bidang penelitian. Selain honor, ia juga memiliki kepentingan atau alasan tersendiri yang mendorong keinginannya untuk bergabung. Alasan itu adalah karena proyek itu titik eksplorasinya di Indonesia. Itu berarti ia pulang kampung, liburan dan lepas rindu pada ibu pertiwi, pada kenangan juga keluarga. Dan yang paling buat ia berdebar gembira adalah bertemu Rainy lagi. Selama ini sudah ada seribu satu alasan ia kemukakan pada ayahnya untuk pulang ke Indonesia. Dan ia yakin. Ditambah seribu alasan lagi, ia tetap tak akan diijinkan. Kecuali satu alasan ini. Proyek Penelitian! Lalu ia melabeli proyek ini dengan judul; Ekspedisi wisata gratis sambil lepas rindu dan bertualang seru ke negari tercinta. Embel-embelnya, sambil menikmati gaji dari proyek Ventira-nya Daniel.

Rainy tertawa terpingkal-pingkal sampai sakit perut ketika Raiva mengutarakan senua alasannya itu. Mereka malah menjuluki sosok Daniel sebagai peneliti konyol. Tentu saja tanpa sepengetahuan Daniel, Eva, Didin Baim.  

Dalam tim ini, Didin dan Baim bertindak sebagai Guide dan porter.  Mang Didin yang memang berprofesi sebagai Guide punya pengalaman sebagai pemandu wisata yang sudah wara-wiri mengantar tamu mancanegara dari Jakarta ke berbagai objek wisata terkenal di daerah seperti  Togian Island, Bunaken Sea Garden dan banyak lagi. Bujangan lapuk dari suku Sunda yang terlalu percaya diri  soal urusan perempuan. Didin pula yang mengajak Baim bergabung sebagai porter, meskipun -lucunya- malah ia yang seringkali terlihat  seperti seorang porter sedangkan Baim lebih sering terlihat suka memerintah sebagai Guide kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun