Mohon tunggu...
M FauzieAhmadi
M FauzieAhmadi Mohon Tunggu... Lainnya - begitu

muehehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urban Farming: Solusi Makanan Sehat di Perkotaan

26 Maret 2021   08:44 Diperbarui: 26 Maret 2021   08:58 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semakin majunya zaman, semakin banyaknya pula populasi manusia di dunia ini. tercatat bahwa pada tahun 2020, dengan jumlah penduduk dunia  7,794,798,739 jiwa. Jumlah ini meningkat derasti dari 10 tahun terakhir atau twpatnya tahun 2011 yang berjumlah 7,041,194,301. Peningkatan populasi sekitar 700 juta dalam 10 tahun terakhir ini mengakibatkan kebutuhan makanan, air, energi, perawatan, kesehatan, jan juga tidak lupa lahan untuk tempat tinggal. Dunia ini dari dahulu memiliki luas wilayah yang sama. Namun, dewasa ini, bertambahnya penduduk mengakibatkan rumah-rumah "dipaksa" untuk saling berdekatan, khususnya dikota-kota besar.

Di negara kita, Indonesia, pertambahan penduduk dari 10 tahun terakhir bertambah sekitar 32,57 juta. Pada tahun 2020, indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 270,2 juta jiwa. Angka pertumbuhan ini harus dibarengi dengan pasok pakanan yang cukup untuk memenuhi perut-perut masyarakat indonesia.

Perkembangan zaman, dengan sumber daya yang terbatas namun penduduk yang terus bertambah, kita harus lebih kreatif lagi untuk dapat bertahan dalam kerasnya kehidupan. Kita dituntut untuk mandiri dan memanfaatkan segala hal yang dapat kita manfaatkan. Lahan kecil yang berada di halaman, atau atap rumah maupun gedung yang datar dapat di manfaatkan dengan berbagai hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti taman yang dapat memanjakan mata dengan bunga-bunga dan dedaunan yang indah, kolam ikan yang diisi dengan berbagai jenis ikan warna-warni, juga dapat disulap menjadi tempat budidaya tanaman maupun hewan.

Bukannya budidaya ikan harus memiliki kolam yang luas ya?

Nah, kreatifitas manusia di zaman modern ini seperti air bah yang membanjiri daratan. Setiap orang, memiliki otak kreatifitasnya masing-masing tentang segala hal yang mereka minati. Tidak terkecuali dalam bidang akuakultur. Melihat wilayah perkotaan yang sempit, beberapa orang hebat menemukan jalan keluar untuk memanfaatkan lahan tersebut menjadi suatu tempat yang bermanfaat. Budidaya di perkotaan seperti ini dinamakan Urban Farming. Urban farming menjawab beberapa persoalan yang terjadi di perkottaan besar. Udara yang kotor dan gaya makan yang sembarangan menjadi persoalan yang terjadi di perkotaan besar, dan salah satu jawaban dari persoalan ini adalah Urban Farming.  Berbagai sistem urban farming yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah vertikultur, hidroponik, dan akuaponik

  • Vertikultur     

Teknik vertikultur adalah teknik penanaman tanaman/sayuran secara vertikal dengan menyusun tanaman/sayuran ke atas. Hal yang sangat ditekankan pada teknik ini adalah pembudidaya dapat bercocok tanam dengan lahan sekitar 50x50 cm. dengan lahan yang sempit itu, pembudidaya dapat menanam sekitar 20 sampai 30 tanaman sekaligus. Penggunaan media taman juga bervariasi, dapat menggunakan botol bekas, pipa paralon pot, atau sesuai kreatifitas si pembudidaya.

Teknik ini dapat dikatakan mudah juga dapat dikatakan sulit, sesuai dengan teknik, sistem, dan model yang berbeda. Secara garis besar berdasarkan media tanam yang digunakan, saya membedakan teknik vertikultur menjadi 2 jenis yaitu vertikultur konvensional dan vertikultur hidroponik. 2 jenis itu dibedakan dari media tanamnya, jika vertikultur konvensional menggunakan tanah sebagai media tanamnya, sedangkan vertikultur hidroponik menggunakan cocopeat, arang sekam, rockwoll, atau perlite sebagai media tanamnya.

  • Hidroponik

Hidroponik adalah suatu sistem budidaya, dimana media tanamah bukanlah tanah, melainkan hanya menggunakan air. Air yang sebagai media tanam tadi dapat dialiri maupun hanya genangan. Penekanan dalam sistem hidroponik ini ialah kecukupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman/sayuran yang ditanam. Namun, jika hanya mengadaptasi sistem hidroponik ini tanpa dicampur dengan sistem lain, modal pertama dalam membangung sistem hidroponik ini akan lumayan besar. 

Akuaponik dapat digambarkan sebagai penggabungan antara sistem budidaya akuakultur (budidaya ikan) dengan hidroponik (budidaya tanaman/sayuran tanpa media tanah). Sistem ini mengadopsi sistem ekologi pada lingkungan alamiah, dimana terdapat hubungan simbiosis mutualisme antara ikan dan tanaman. Sistem kerja akuaponik sangat sederhana. Air beserta kotoran yang berasal dari budidaya ikan disalurkan kepada tanaman karena mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman akan menyerap nutrisi yang berasal dari air dan kotoran ikan tadi. Sebagai gantinya, tanaman akan memberikan oksigen kepada ikan melalui air yang sudah tersaring oleh media tanam. Salah satu contoh dari akuaponik yang sudah terkenal oleh masyarakat budidaya adalah BUDIKDAMBER. BUDIKDAMBER ini menggunakan ember sebagai tempat pembudiayaan ikan sekaligus tanaman di tutup ember yang sudah dimodifikasi.

Pemanfaatan lahan sangat penting dilakukan oleh masyarakat agar lahan-lahan yang kosong tadi, walaupun sempit, dapat dijadikan tempat yang bermanfaat. Wilayah perkotaan dengan segala hiruk-pikuknya menyadarkan kita tentang pentingnya alam yang memberikan kita segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia. Oksigen, merupakan hadiah terbaik alam yang masih bisa kita nikmati sampai saat ini. keberadaan oksigen tidak luput dari organisme penghasilnya, yaitu tumbuhan. Tumbuhan manfaat-manfaat yang dapat menyambung hidup manusia sampai saat ini. Selain oksigen, tumbuhan itu memiliki berbagai gizi dan nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan kreatifitasan manusia, ikan yang ada di perairan dan tanaman yang berada di daratan dapat dipertemukan dalam kolam-kolam maupun wadah yang kecil saja. Kita, sebagai manusia harus bisa belajar dari sitem akuaponik, khusunya budikdamber. Kita dipertemukan di suatu kampus yang memiliki mahasiswa berbeda wilayah dari kita, berbeda suku, berbeda bahasa, tapi kita harus bisa memberikan hal-hal yang baik bagi mereka. Karena kita diciptakan dari Tuhan yang sama.


Referensi: Mitalom, Kompas, Dekoruma

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun