Mohon tunggu...
Eza Wahyuriyani
Eza Wahyuriyani Mohon Tunggu... Perawat - Nursing Student Writter

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Obesitas Menjadi Salah Satu Dampak Pandemi bagi Masyarakat

24 April 2022   21:43 Diperbarui: 24 April 2022   21:54 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

        Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan yang diakibatkan ole ketidakseimbangan asupan energi yang masuk (intake) dan energi yang digunakan (expnditure) dalam waktu lama (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Banyaknya konsumsi energi makanan yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak yang akan memperberat berat badan. (Riswanti et al., 2016)

        Prevalensi kegemukan dan obesitas pada penduduk dewasa di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2018. Prevalensi kegemukan pada tahun 2007 sebanyak 8,6% menjadi 11,5% pada tahun 2013 dan menjadi 13,6% pada tahun 2018, sedangkan prevalensi obesitas pada tahun 2007-2018 berturut-turut 10,5%, 14,8% dan 21,8% ("Kementerian Kesehatan RI 2018," 2018) .

       Sejak diumumkan pandemi pada Maret 2020, pandemi Covid 19 telah tersebar di berbagai belahan dunia. Dan pemerintah membuat salah satu upaya dalam mengatasi masalah ini dengan adanya kebijakan WFH (Work Form Home) bagi pekerja dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) bagi pelajar atau mahasiswa, dengan mewajibkan segala aktivitas dilakukan dalam rumah atau secara daring.

        Dengan adanya kebijakan WFH dan PJJ ini menjadi kebiasaan baru bagi para masyarakat (pekerja dan mahasiswa), dan masyarakat ini dituntut untuk beradaptasi. Dan demikian dengan kebijakan pemutusan rantai penularan COVID-19 kerap mengadirkan masalah sendiri karena adanya perubahan gaya hidup dan juga kondisi lingkungan pada masyarakat.

       Pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai macam dampak kesehata sistemik yang ditimbulkan selama yang kemungkinan berlanjut sampai pandemi ini berakhir. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, namun juga pada kesehatan psikologis seperti takut akan tertula virus COVID-19, isolasi sosial, tekanan keuangan, rumor dimana-mana dan informasi yang berlebihan.

       Stres dapat mempengaruhi berat badan melalui mekanisme perilaku & psikologis dan biologis. Makanan seperti kaleng, siap saji dengan kandungan olahan karbohidrat yang sangat tinggi dapat menyebabkan respon insulin, menyebabkan penyimpanan nutrisi berlebih pada jaringan adiposa (Permata & Karo, 2021).

      Dan kurangnya akitivitas yang membuat berat badan semakin bertambah, karena bagi para pekerja WFH dan mahasiswa maupun siswa yang monoton mengerjakan sesuatu didepan laptop maupun handphone.

UPAYA MENCEGAH MASYARAKAT AGAR TIDAK MENGALAMI OBESITAS

     Menurut (P2PTM Kemenkes RI, 2017) pencegahan Obesitas dapat dilakukan dengan mengikuti suatu panduan yang disebut dengan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS).

  1. Mengatur pola makan
    Menggunakan piring makan model 1 yaitu jumlah sayur 2 kali lipat dari makanan karbohidrat seperti (nasi, mie, pasta, dan lain-lain), mengatur jumlah protein setara dengan karbohidrat
  2. Aktif bergerak
    Bisa dimulai dengan tahap awal yang sedang atau ringan saja seperti meluangkan waktu untuk berjalan ataupun jalan cepat selama 10 menit dan dinaikan durasi secara bertahap, lalu setelah 30 menit durasinya bisa lanjut dengan aktivitas lainnya seperti berenang, bersepeda, dan ataupun senam aerobik.

   Aktivitas fisik yang teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Olahraga dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh melalui beberapa aspek. (Simpson & Katsanis, 2020).

   Menurut Permenkes RI Nomer 14 tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang, ada beberapa upaya untuk menyeimbangkan antara gizi yang keluar dan masuk, serta memantau berat badan secara teratur. (Permata & Karo, 2021).

  1. Empat pilar gizi seimbang
    Yaitu dengan mengkonsumsi dengan keanekaragaman memperhatikan jumlah dan porsi dan disesuaikan dengan kebutuhan gizi.
  2. Membiasakan perilaku hidup bersih. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang. Hubungan penyakit infeksi dengan kurang gizi merupakan timbal balik. Maka dari itu jangan lupa untuk mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan menggunakan sabun, menutup makanan yang akan disajikan, dan menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin.
  3. Melakukan aktifitas fisik termasuk olahraga untuk menyeimbangkan zat gizi yang masuk dan keluar.
  4. Memantau Berat Badan (BB) secara teatur untuk mempertahankan BB & IMT secara normal.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pedum Gentas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun