Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Na.Na (II)

16 Juli 2021   21:36 Diperbarui: 16 Juli 2021   21:59 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Na.Na (II)

Na
di
sebrang
yang
jarang
cincin
jari
sampai
ari
yang
purba

Na
pada silang antara andromeda dengan lubang hitam terdapat dongeng maha tenggelam dalam curam antariksa bersandar kau di kemungkinan paling musykil sebelum bertabrakan bintang-bintang dengan batas langit terjauh.

Na
jangkar akan dikayuh tanpa melenguh menuju gelap gugus kerdil seperti kerikil sampai sebrang galaksi adalah dwarf adalah eris adalah bola adalah asing.

Na
hulu langit akan meninggi semakin ke tepi hingga menemukan sisa-sisa kau melintas sebelum tiba di midgard dan menemukan amor dengan pandora atau kitab atau cerita atau berita atau sabda atau rencana pengepung kepala hingga sesak yang menghimpit segala duka dari tempat asal.

Na
tapi angkasa jarang diterjemahkan sebagai rumah harapan dari azali hingga pembawa suara terakhir dan lebih banyak jatuh sebagai kurikulum hafalan jika tidak lagu jika tidak puisi jika tidak dongeng para ibu sebelum anaknya mengenal dunia dengan segala keabapannya.

Na.
seperti cincin api pada peta datar di papan sekolahan  setelah benda-benda lagit dipasangkan nama dan dikenalkan kepada bapa pertama kita dengan seruan yang bukan bahasa dengan pohon di poros bumi melewati tiang-tiang penjaga menuju rumah asal kita (aku, kamu, cahaya, bahkan bayi yang tak jadi bernyanyi).

Na
jarimu melentik kemasukan berlian meniru pergerakan fotografer milky-way menyorot edaran paling cemerlang dan tenang menuju inti terdalam tempat waktu dan suara dan ruang dan debar dituduh berhenti.

Na
lunar adalah benda maha di moksa kata pemuja artuma sebab tidak mengenal kau menggelantung pula tanpa warna sampai tiba seluruh akal di ubun-ubun orang-orang dawkins mengambil bentuk lenguh penjual tubuh saat langit telanjang di atas kepala.

Na.
kemercik jendela yang mengetuk telingamu itu berjatuhan dari tempat aku dan kau beterbangan sebagai haley di antara planet-planet tata surya yang kian hari kian menjadi satu dan remuk redam dan jatuh dan jauh dan mendekam dalam ari apa saja di bumi.

Na.
pengulangan akan terjadi seperti yang dialami nabi-nabi dalam kitab atau prasasti selama tidak ada yang menunggangi prada untuk pulang seperti yang telah digariskan kepada petala raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun