Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sajak Kecil Buat M (1)

20 Februari 2021   22:18 Diperbarui: 20 Februari 2021   22:24 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.wikihow.com setelah melalui beberapa perubahan

***

Aku melangkah ke ambang pintu kantor pos dengan sebuah surat beramplop putih. Aku sangat ragu untuk mengirimkan surat ini. Sebab kau mungkin akan tersinggung, dan aku barangkali akan kehilangan kau. Aku juga membawa suratmu itu, membacanya lagi agar aku yakin mengirimkan balasan. Benar, kau akan melakukan hal besar bagi hidupmu, entah dengan atau tanpa aku.

Aku duduk di bangku tunggu padahal tidak ada orang lain yang sedang dilayani, "Ada yang bisa dibantu, mbak?" Petugas pos menyapaku dari meja customer service di hadapanku. Aku tersenyum, "Sebentar, mas". Aku masih saja belum yakin akan mengirimkan balasan. Tapi pada akhirnya aku bangkit juga.

Surat balasanku kusimpan dalam tas jinjing, dan suratmu kusodorkan ke meja itu. Petugas pos terlihat heran, "Bukannya ini surat untuk mbak?"

"Iya, akan saya kembalikan ke pengirimnya."

"Kenapa?"

Aku menatap petugas pos berkumis tipis itu, "Hanya ingin," ucapku kemudian.

Petugas pos itu lalu berhenti bertanya. Dia mulai mengisi data-data yang sekiranya perlu. Dia memintaku membubuhkan tanda tangan pada sebuah kertas. Aku sudah siap dengan pulpen di tangan, "Apakah saya sudah benar, mas?" Aku bertanya tetap menghadap kertas itu. "Mbak nanya ke saya?" Petugas pos itu heran. "Iya. Apakah saya sudah benar?" Ulangku menatapnya. Dia diam, kebingungannya terlihat bertambah.

"Ini surat dari pacar saya di Boston, mas," aku menjelaskan tanpa diminta dan pastilah dia sudah tahu sebab alamat surat itu sudah tertera di amplopnya. "Wah, keren dong pacar mbak." Basa basinya. "Sebentar lagi dia akan pulang. Tapi nggak tau pulang untuk saya atau untuk hal lain. Saya sudah tak dibutuhkan dalam hidupnya," aku bicara saja sekenanya. "Loh, kok bisa mikir begitu?"

"Iya. Dia akan jadi orang besar. Apa yang dapat dia harapkan dari wanita yang S1 saja tak lulus sepertiku. Sepertinya dia sudah punya yang lain, mas," mataku berkaca.

Lelaki pos itu terlihat semakin kuwalahan menghadapiku, "Itu hanya perasaan mbak saja". Aku menatapnya lagi, "Kalau mas di posisisku, mas akan tetap percaya dia akan pulang untuk melamar?" Tanyaku. Dia diam sebentar dengan wajah bingungnya, menjawab kemudian, "Ya, kalau dia sudah janji begitu," jawabnya ragu. "Walaupun dia tak pernah lagi mengungkit-ungkit janjinya?" Tegasku lagi. "Mbak punya cinta. Dia juga cinta sama mbak," katanya. "Ah, cinta..." ucapku dengan nada putus asa, "Maaf, mas. Saya sudah buang waktu mas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun