Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sajak Kecil Buat M (1)

20 Februari 2021   22:18 Diperbarui: 20 Februari 2021   22:24 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.wikihow.com setelah melalui beberapa perubahan

Cerita buat Aslan Abidin

Di beranda kantor pos itu, aku merogoh sebuah surat dari tas jinjing yang terletak di kantung depan motor matic-ku. Aku berpikir empat lima kali untuk benar-benar akan mengirim surat ini, hari ini. Dari Boston, sayang, kamu mengirimi wesel padaku sekitar satu bulan lalu.

Mengapa kau tidak kirimi kabar lewat surel atau media sosial, aku tak tau. Tapi aku hanya kenal kau yang telah sekitar delapan atau sembilan tahunan berpacaran denganku. Aku tahu, kau suka hal-hal romantis. Misalnya mengirimiku mawar atau anggrek dari kota.

Kau pergi ke Boston dua tahun lalu untuk kuliah. Sejak saat itu, kau sering mengirimiku surat-surat. Padahal kau dan aku setiap hari berkomunikasi melalui gawai. Tiap aku tanya kenapa mengirim surat, kau tak pernah menjawab.

Kau hanya akan tersenyum dari videocall atau mengirimi emoji hati. Sampai aku menerjemahkan sendiri bahwa kau hanya ingin bersikap manis dan dapat mengirimiku sesuatu bersama surat itu, paling tidak cetakan fotomu yang kemudian kubingkaikan di meja kamarku.

Seperti juga surat terbarumu yang sudah satu bulanan itu. Aku ingin mengirimimu balasan. Sudah enam kali aku ke kantor pos, tapi selalu saja urung kukirimi. Aku tak yakin. Aku takut. Surat terakhirmu itu tak seperti surat-surat sebelumnya. Kau tak menyertakan fotomu seperti biasanya, melainkan sebotol parfum wisteria.

Aku sungguh kesulitan untuk sekadar menerjemahkan suratmu itu. Sebab selain menceritakan keadaanmu, surat itu juga menceritakan bagaimana kau akan melajutkan hidupmu. Katamu, Desember ini kau akan usaikan tesis dan akan pulang untuk menghabiskan akhir tahun denganku.

Dan selajutnya, katamu aku tak boleh ceritakan siapapun tentang rencana idupmu itu. Kau akan melakukan sesuatu yang menurutmu besar untukmu dan -entah- untukku. Aku katakan akan mengirimkanmu balasan untuk surat itu, dan kau hanya tersenyum.

Di Boston, katamu kau banyak bertemu kawan baru, termasuk kawan perempuan, tentunya. Kau bahkan menyebutkan satu dua nama perempuan yang sedang dekat denganmu. Sebab entah jauh, entah takut kehilangan, aku pasti ngambek jika membahas perempuan-perempuan itu.

Di kota besar seperti Boston, apa saja dapat terjadi, termasuk kau dapat melalui malam dengannya walaupun tidak ada perasaan apapun. Aku cemburu dan iri dengan kedekatanmu itu. Aku tak dapat mentolerir kedekatan itu di saat aku dan kau tak dapat bahkan hanya sekadar berpegang tangan.

Aku bertahan sebab sebelum pergi dulu, kau katakan sepulang nanti akan datang ke rumahku dengan orang tuamu untuk mengambilku sebagai istri. Sekarang, kau katakan akan pulang dan melewati malam tahun baru denganku tanpa menyinggung janjimu itu. Kau hanya mengirimi wisteria. Aku tak akan menanyaimu tentang janjimu, aku lebih suka menunggumu mengatakannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun