"Hai. Aku mau,"
Kimoto berpamitan. "Yatta! Kalau begitu Sakura-san, aku duluan. Bicaralah dengan Yagami-kun sedikit lebih lama,"
Keadaan sangat canggung setelah Kimoto keluar dari pintu. Dan percayalah, bagian ini adalah bagian paling sulit untuk diceritakan: mengenai siapa yang memulai percakapan, bagaimana mereka mulai berhubungan, dan dengan cara apa mereka bersepakat untuk menikah. Hingga entah bagaimana caranya, di suatu pagi lain yang entah kapan dan entah di mana, pernikahan mereka berlangsung begitu saja.Â
Tidak hanya keluarga dan tamu undangan yang menyaksikan mereka melakukan san-san-kudo, melaikan juga beberapa penggemar dan media. Yagami dan Sakura berdampingan dengan elegan di atas pelaminan dengan senyum terbaik, menyaksikan tamu meminum sake secara bergantian.
Dan pada malam pengantinnya, mereka sibuk memilih-milih gaya apa yang akan mereka gunakan untuk bercinta pertama kali, "Anata, katakan. Kau mencintaiku?" Yagami tersenyum, "Iya, aku sangat mencintaimu."
Kebahagiaannya belum saja selesai, dari balik pintu seseorang membunyikan bel. Yagami cepat-cepat mengambil tisu di meja belajar untuk mengelap keringatnya. "Sebentar," dia membuka pintu. Di depan telah berdiri Kimoto dan Sakura. Matanya tidak memercayai apa yang sedang dilihatnya, sebab Sakura sedang menunggu di kamar pengantin,
"Minna-san, bangunlah. Hari sudah siang."
"Hai. Sepertinya aku harus melunasi nazarku." Dia dan Kimoto berbicara dalam bahasa Jepang.
Lombok, 2019