Mohon tunggu...
Eko Raharjo
Eko Raharjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang sedang Belajar Menulis

Fast Learner, Researcher, Risk Examiner, Lecturer, Copywriter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Mengatur Emosi sebagai Penyeimbang Hidup

2 Agustus 2018   09:20 Diperbarui: 2 Agustus 2018   09:36 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permasalahan dalam kehidupan seseorang, semakin hari semakin rumit saja. Tidak habis pikir kenapa ada permasalahan yang kelihatannya baru. Salah satu sangkalan mungkin yakni karena maraknya media sosial saat ini. 

Orang sudah tidak canggung lagi menceritakan kombinasi permasalahan hidupnya dalam sebuah media sosial. Entah dari masalah remeh temeh hingga kepada masalah yang tingkat kerumitannya mengalahkan sebuah rumusan matematika.

Kombinasi permasalahan selalu hadir dan berbeda setiap orang, beberapa penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian di beberapa negara mencoba untuk membuat kombiasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan manusia, dengan harapan ada panduan dalam menghadapi permasalah dalam kehidupan manusia. Namun kabar buruknya, belum ada kesimpulan atau rujukan yang bias menjadi "user Manually" bagi manusia dalam menghadapi masalah.

Beberapa motivator yang adapun masih berkutat pada pmbangunan mental untuk menghadapi masalah yang dihadapi manusia. Kesiapan mental berjuang, kesiapan mental bertahan dan kesadaran spritual menjadi menu utama para motivator dan para penggiat inspirasi.

Sebenarnya hampir bisa dipastikan dalam kehidupan manusia tidak sepenuhnya dirundung masalah yang bertubi tubi. Pasti ada satu aktivitas dimana seorang manusia mengalami fase merasa bahagia/bersyukur, dalam bentuk apapun itu. Jika disadari dalam perjalanan hidup seseorang ada kalanya melintasi jalan yang macet namun ada kalanya memasuki jalan tol yang bebas hambatan.

Jika masalah di identikan dengan sesuatu yang negatif maka hal ini kembali kepada pola pikir masing masing orang. Karena sensitifitas dan kadar serta ukuran menyebut sesuatu menjadi masalah menjadi sangat bervariasi setiap orang.

Namun fokus nya disini yakni perasaan bahagia/bersyukur ini, harusnya sebagai manusia dapat melakukan kendali manajemen kebahagiaan/sykur agar dapat menjadi energi positif dan sebagai bahan bakar menghadapi deraan masalah berikutnya.

Karena secara alami pada saat seseorang merasakan perasaan bahagia/syukur tidak memaknainya sebagai salah satu pit stop dan melakukan manajemen kebahagiaan/perasaan bahagia, tidak maksimalkan perasaan bahagia pada satu momen, karena sesuai dengan paham bahwa tingkat kepuasan seseorang semakin meningkat dan berubah levelnya maka jika kebahagiaan sudah tingkat level maksimal maka untuk mencapai kebahagiaan berikutnya akan cukup berat.

Benar adanya dibeberapa kawan muslim bahwa saat bahagia jangan terlalu berlebihan dan saat bersedih jangan terlalu berlebihan juga. Dari sini saja, dalam agama tersebut menekankan adanya manajemen dalam setiap kondisi. 

Saat kondisi sedang jatuh/bersedih jangan berlebihan karena setelahnya bisa jadi ada pintu lain yang terbuka/kebahagiaan, tapi harus juga waspada bahwa saat bahagia jangan terlalu berlebihan karena bisa jadi di momen berikutnya akan ada kesedihan/kesulitan  yang akan terjadi, karena siklus kehidupan yang secara kondrati sangat fluktuatif.

Yang menjadi tantangan adalah manajemen kebahagiaan ini tidak lazim terlatih sejak kita kecil. Sehingga butuh waktu untuk memahami dan memberi arti pada momen kejadian yang dialami sehingga selanjutnya bisa melakukan kontroling perasaan saat setiap momen kejadian berlangsung dan melakukan kesadaran emosi untuk tidak berlebihan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun