Mohon tunggu...
Eko Raharjo
Eko Raharjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang sedang Belajar Menulis

Fast Learner, Researcher, Risk Examiner, Lecturer, Copywriter

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pergi ke Mal atau Pilih "Nge-trip"?

25 Oktober 2017   06:41 Diperbarui: 25 Oktober 2017   14:51 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source ANUINDPROJECT

Berita media beberapa bulan terakhir banyak memberitakan beberapa perusahaan ritel besar yang mulai mengurangi gerai nya. Atau lihat saja graphic diatas, beberapa mal dijakarta mengalami penurunan, sementara bagi mal yang ramai mungkin sedang berusaha mencari cara bagaimana agar tetap exist.

Tulisan saya beberapa bulan yang lalu yang juga viral Mall Mulai ditinggal pengunjung, salah siapa ? mengindikasikan bagaimana pengelola mal berusahaa bertahan dan mencoba menarik pengunjung dengan berbagai cara.

Karena tugas pengelola Mal sebenarnya yakni bagaimana menarik pengunjung dan dari datangnya pengunjung tersebut selanjutnya pengunjung mulai berbelanja pada tenant-tenant disana.

Beberapa Mal malah memilih untuk mengalihkan fokusnya ke bisnis lain atau bahkan menjadi perkantoran atau disewakan untuk penyimpanan alias gudang.

Dibeberapa Mal saat ini yang paling menarik orang datang dan membelanjakan uangnya yakni tenant makanan atau kuliner. Mungkin trend "exist" di media social serta foto-foto di instragram atau "check Location" di Path akan lebih berwarna dilakukan di berbagai macam tempat kuliner daripada harus dilakukan di tenant lainnya.

Banyaknya pilihan produk dengan merek yang beragam serta cara orang berbelanja saat ini juga mempengaruhi cara orang untuk membelanjakan uangnya.

Alih-alih mal sebagai tempat yang cukup lengkap namun masyarakat masih banyak yang sensitif terhadap harga. Sehingga ada kegiatan membanding-bandingkan dulu sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian

Pesaing lain dari mal salah satunya yakni banyaknya theme park sebagai tempat wisata, kegiatan rekreasi ini yang dulunya menjadi kebutuhan tersier saat ini mulai bergeser menjadi kebutuhan sekunder bahkan cenderung primer.

Padatnya aktivitas pekerjaan, tekanan hidup dan kemacetan mungkin membuat masyarakat memilih menghabiskan waktu senggangnya tidak untuk pergi ke mal namun pergi ke tempat wisata, sekalian "exist" di media social mungkin.

Mungkin pernah dengan istilah "my trip my Adventure". Istilah ini sebenarnya mengandung esensi perubahan gaya hidup yang cukup mendasar, sering mengunjungi tempat wisata atau tempat seru lainnya lalu "merekam"nya di social media sehingga bisa meninggalkan jejak perjalanan pada hidup seseorang.

Bahwa saya selama hidup pernah mengunjungi tempat ini, tempat itu dan sebagainya serta menjadikan social media sebagai album perjalanannya merupakan upaya meninggalkan jejak langkah seseorang yang menjadi kenangan di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun