Mohon tunggu...
Exlesia Damai Yanti
Exlesia Damai Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka baca Wattpad dan suka minum kopi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Menguji Iman Abraham

2 Desember 2022   14:23 Diperbarui: 2 Desember 2022   14:32 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Shallom Everyone!! 

Hari ini aku mau sedikit Sharing untuk menafsir di dalam PL mengenai kisah Iman Abraham ini..Yuk kita simak seperti apa ceritanya.

Setiap kita mungkin sudah sering mendengar cerita mengenai Tuhan menguji Iman Abraham ini, tapi yuk kita sama-sama belajar dari kisah Abraham ini lebih lagi..

Tuhan Menguji Iman Abraham (Kejadian 22:1-19)

Abraham dan Sarah mereka sudah lama berkeluarga namun belum diberi keturunan. Setiap kita mungkin sudah tahu cerita ini di mana Sarah masih belum diberi keturunan lalu sarah meminta kepada Abraham untuk menikahi seorang hambanya sendiri, Hagar.

Dengan seiring berjalannya waktu Tuhan memberikan keturunan kepada Hagar dan Abraham dan diberilah nama anak itu Ismael. Berbeda halnya dengan Abraham dan sarah Firman Tuhan datang kepada Abraham bahwa istrinya akan mengandung seorang anak laki-laki dan akan memberikan nama itu, Ishak. Lalu ketika didengar oleh Sarah maka respon Sarah hanya tertawa, karena menurut Sarah tidak akan mungkin orang yang sudah berumur bisa mengandung. Setelah Firman Tuhan datang kepadanya, dan tiba waktunya lahirlah Ishak. 

Jangankan sarah, kita sendiri pun pasti terheran-heran kalau ada orang yang sudah berumur bahkan umurnya sudah menua, sangat mustahil sekali untuk bisa mengandung. Itulah menurut pemahaman manusia berbeda halnya dengan Tuhan "apa yang tidak mungkin menurut manusia, Itu mungkin menurut Tuhan".

Lalu berjalannya waktu demi waktu, Iman Abraham diuji oleh Tuhan dan Firman Tuhan berkata " Ambillah anakmu yang kau kasihi itu, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Ayat 2)
Coba bayangkan saja, orang tua mana yang rela memberikan anak yang paling dikasihinya itu untuk dipersembahkan kepada Tuhan, Terlebih anak itu adalah anak yang sangat lama dinantikan? mungkin kalau difikir-fikir tidak ada orang tua yang rela memberikan anak yang dikasihinya untuk sebagai korban persembahan kepada Tuhan, Hanya Abraham lah yang berani mengambil keputusan itu sekalipun anaknya yang menjadi korbannya.


Dan pertanyaannya " Mengapa Abraham mau mempersembahkan Ishak?"
Karena Abraham mengingat Firman Tuhan. Bahkan Firman Tuhan itu sudah lebih dulu datang kepada Abraham sebelum Ishak lahir, Firman Tuhan berkata "Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit".
Berbicara mengenai bintang di langit, bahkan sampai sekarang jumlah bintang di langit tidak ada yang mampu menghitung berapa jumlahnya. Itulah sebabnya Tuhan memberikan keturunan Abraham seperti banyaknya bintang di langit karena dari keturunannya lah akan menjadi bangsa yang besar.

Tibalah hari di mana Ishak akan dipersembahkan, pergilah Abraham dan Ishak ke tanah Moria. Sebelum Abraham mau mempersembahkan Ishak Abraham berkata kepada bujangnya "aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu" (kejadian 22:5)
Lalu pergilah Ishak dan Abraham ke tanah Moria ketika sampai di sana bertanyalah Ishak "Disini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Ayat 7) setelah itu diikatlah tangan Ishak, mungkin Ishak berfikir "tidak akan mungkin Bapa nya sendiri dengan teganya menjadikan Ishak sebagai korban persembahan untuk Tuhan". Tetapi, dengan mudahnya Abraham berkata "Tuhan Yang menyediakan" (ayat 8).

Disini, Iman Abraham benar-benar luar biasa banget karena dia sendiri pun tidak tahu apakah ada pengganti ishak atau tidak nantinya di tempat korban bakaran itu. Kalau kita sendiri di posisi Abraham, apa yang kita lakukan? masih kah kita rela memberikan anak kita sendiri? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun