Hari itu, aku berdiri di depan kelas dengan papan tulis putih bersih yang baru saja kupel. Spidol di tangan, laptop menyala, slide presentasi siap. Tapi yang kulihat dari bangku-bangku muridku adalah wajah-wajah yang lebih sibuk menatap layar ponsel daripada memperhatikanku. Bukan karena mereka malas. Bukan karena mereka tidak peduli. Tapi karena dunia mereka tidak lagi dibatasi oleh empat tembok kelas.
Dulu, ketika aku masih jadi siswa, kelas adalah segalanya. Tempat belajar, tempat bersosialisasi, bahkan tempat menemukan jati diri. Tapi kini, aku mulai merasa kelas seperti museum. Terpajang rapi, penuh sejarah, tapi perlahan kehilangan pengunjung. Generasi Z, yang lahir dengan jempol di layar dan mata di dunia maya, tumbuh dengan kecepatan yang berbeda. Pertanyaannya, apakah sistem kelas tradisional masih bisa mengikuti ritme mereka?
Generasi Z dan Ritme yang Berubah
Generasi Z lahir di antara 1997 hingga awal 2010-an. Mereka tidak mengenal dunia tanpa internet. Hidup mereka dibentuk oleh algoritma, diselimuti konten, dan dibentuk oleh kecepatan.
Kita seringkali mengeluh, "Anak-anak zaman sekarang susah fokus." Tapi pernahkah kita bertanya, fokus seperti apa yang mereka butuhkan? Kita menyodorkan buku paket dan LKS, sedangkan mereka terbiasa mendapat jawaban dalam bentuk video 30 detik yang menarik, visual, dan langsung ke intinya.
|Baca Juga: Belajar Mengajar: Dua Arah di Ruang yang Sama
Ini bukan tentang benar atau salah. Ini tentang bahasa yang berbeda. Kita berbicara dengan nada pelan dan linear, mereka mendengar dengan ritme cepat, visual kuat, dan informasi padat. Sistem kelas yang masih bergantung pada ceramah satu arah, tugas tertulis, dan ujian pilihan ganda terasa seperti menyuruh ikan memanjat pohon.
Kelas yang Terjebak dalam Waktu
Pernah suatu hari, aku bertanya kepada siswa kelas X tentang materi yang kuberikan seminggu sebelumnya. Mereka diam. Beberapa menatap kosong, beberapa mengutak-atik ponsel mereka diam-diam. Tapi ketika kutanya tentang konten TikTok edukatif yang viral minggu itu, mereka bisa menjelaskan dengan semangat.
Apa yang membuat satu bentuk pembelajaran lebih membekas daripada yang lain?
|Baca juga: Mengapa Menulis Tangan dan Buku Cetak Kembali Jadi Pilihan Utama di Pendidikan Moderen?
Sistem kelas tradisional sering terjebak dalam format "guru bicara, murid mendengarkan." Ruang kelas menjadi panggung monolog, bukan dialog. Padahal, Generasi Z ingin merasa terlibat. Mereka ingin berbicara, berdiskusi, menantang ide, dan menyusun ulang pemikiran.