Ingin tahu rahasia cara membuat CV yang bukan cuma cantik di mata sendiri, tapi juga memikat HRD? Artikel ini mengajakmu menyelami cara membuat CV yang benar-benar manusiawi, bukan sekadar tumpukan data.
Ketika CV Jadi Cermin Diri yang Gagal Bicara
Saya masih ingat betul ekspresi wajah teman saya saat menerima pesan penolakan dari perusahaan impian. Bukan karena gagal interview. Bukan karena kurang pengalaman. Tapi karena CV-nya... katanya "nggak mencerminkan siapa dia sebenarnya."
Kalimat itu menggantung di kepala saya lama sekali. Karena ternyata, CV bukan sekadar kertas berisi daftar prestasi dan pekerjaan. Ia semacam potret diam dari diri kita. Dan ironisnya, banyak dari kita yang justru merasa asing melihat bayangan sendiri di sana.
Apakah kamu juga pernah merasa begitu? CV yang kamu kirim terasa steril, formal, dan dingin. Seolah kamu hanya mencoba menyenangkan sistem, bukan menjelaskan siapa kamu sebenarnya.
Lalu bagaimana caranya menulis CV yang bukan cuma dilirik sekilas, tapi membuat HRD merasa, "Orang ini, harus gue ajak ngobrol"?
CV Itu Bukan Brosur Iklan, Tapi Cerita yang Jujur
Bayangkan kamu sedang berjalan di lorong toko dan melihat dua brosur. Yang satu penuh warna dan penuh jargon seperti "fast learner, hard worker, team player" tapi terasa seperti klon dari 100 pelamar lain. Sementara yang satu lagi sederhana, tapi punya kalimat yang membuatmu berhenti:
Saya pernah gagal mengelola tim kecil karena terlalu takut membagi tugas. Dari situ saya belajar bahwa kepemimpinan bukan soal kontrol, tapi keberanian mempercayai.
Yang mana akan kamu baca lebih lanjut?
Masalahnya, kita terlalu sering menulis CV untuk menyembunyikan kekurangan. Padahal justru keretakan dan pengalaman keliru itulah yang membuat kita manusia. Dan manusia itulah yang dicari oleh HRD, bukan robot penghafal template.
Apa yang Bikin HRD Meringis Saat Baca CV?
Saya sempat iseng ngobrol dengan beberapa HRD, dan rata-rata mengeluhkan hal yang sama:
CV Copy-Paste dari internet. Formatnya sama, isinya sama, bahkan typo-nya pun sama.
Bahasa yang tidak jujur. Terlalu banyak klaim, tapi kosong dari bukti konkret.
Overdesain. Pakai font warna-warni, background ala presentasi PowerPoint tahun 2000-an.
Tidak relevan. Mencantumkan prestasi lomba makan kerupuk saat melamar posisi data analyst.
"Boleh nggak sih kita nunjukin sisi personal?" tanya saya ke salah satu HR.