Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Uang di Ujung Jempol: Saat Bank Digital Jadi Teman Sehari-hari, Bukan Sekadar Aplikasi

29 April 2025   21:15 Diperbarui: 30 April 2025   10:02 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehadiran bank digital mempermudah generasi muda dalam melakukan transaksi keuangan tanpa batas ruang dan waktu. (Sumber: Pixbay.com)

Ada Rasa Aman di Notifikasi Transfer Masuk

Beberapa tahun lalu, saya pernah harus menunggu hampir dua jam hanya untuk mengambil uang di sebuah cabang bank. Panas, gerah, dan suara-suara keluhan pelan dari antrian panjang itu masih saya ingat sampai sekarang. Waktu itu, saya berpikir: "Seandainya semua ini bisa selesai dari rumah."

Kini, seandainya itu menjadi kenyataan.

Hari ini, hanya butuh beberapa detik. Saya cukup buka aplikasi, geser sedikit layar, dan klik, uang sudah berpindah. Notifikasi masuk itu : "Rp1.000.000 telah diterima dari..." menjadi semacam pelukan kecil yang menenangkan. Bukan karena uangnya saja, tapi karena kemudahan dan kendali yang saya rasakan. Ya, kita hidup di era saat bank digital tak lagi sekadar pelengkap. Ia sudah menjadi bagian dari ritme hidup.

Dan saya rasa, saya bukan satu-satunya yang merasakannya.

Kenapa Saya Pindah ke Bank Digital (dan Mungkin Kamu Juga Harusnya)

Perjalanan saya dengan bank digital dimulai bukan karena ingin ikut tren. Tapi karena lelah. Lelah dengan biaya transfer antarbank yang diam-diam menggerogoti saldo. Lelah karena harus menunggu jam kerja hanya untuk cek mutasi. Lelah juga karena merasa terlalu bergantung pada sistem yang lamban merespons kebutuhan zaman.

Lalu datanglah aplikasi seperti Jago, SeaBank, Blu by BCA, Neo+, dan Digibank. Saya tidak langsung pindah semua. Awalnya coba-coba satu. Tertarik karena promo. Tapi perlahan saya sadar: ini lebih dari sekadar promo.

Saya merasa didengar.

Misalnya, Bank Jago menawarkan fitur kantong keuangan yang bisa diatur sendiri. Saya jadi bisa pisahkan uang belanja, tabungan, dan darurat dalam satu akun. Neo+ bikin  bisa transfer ke siapa saja tanpa biaya. Blu by BCA punya interface yang bikin nyaman, dan Digibank memberi akses instan ke investasi. SeaBank? Cukup buka akun, dan bunganya langsung mengalahkan tabungan konvensional.

Bank digital membuat saya merasa: ini hidupku, ini uangku, ini caraku mengelola semuanya.

Yang Saya Suka: Kecil di Layar, Besar di Fungsi

Kalau ada yang bilang bank digital itu cuma aplikasi, saya akan bilang mereka belum merasakannya secara penuh. Karena jujur saja, dalam satu genggaman, saya bisa melakukan hampir semua hal yang dulu butuh 3-4 aplikasi terpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun