Proses interview kerja yang sering kali mengharuskan Gen Z untuk menjawab pertanyaan standar dengan cara yang kaku, membuat banyak dari mereka merasa tidak dilihat sebagai individu yang utuh.
Kita sering mendengar pujian bahwa Gen Z adalah generasi paling kreatif, penuh ide, dan melek teknologi. Gen Z dianggap adaptif, cepat belajar, dan mampu mengoperasikan berbagai platform digital dengan mudah.
Tapi satu hal yang sering membuat saya bertanya-tanya adalah ini: kalau Gen Z dianggap sehebat itu, kenapa banyak dari mereka justru kesulitan saat interview kerja?
Saya pribadi, meski tidak lagi tergolong sebagai bagian dari Gen Z, pernah merasakan hal yang sama saat berhadapan dengan proses interview kerja. Meski sudah sering melaluinya, saya sering merasa bingung dan cemas ketika duduk di ruang interview.
Saya pernah berada di posisi itu baik wawancara virtual maupun tatap muka. Dan, meskipun sudah memiliki jawaban untuk hampir semua pertanyaan, ada kalanya pertanyaan yang diberikan terasa terlalu umum, terlalu formal, atau bahkan seperti basa-basi.Â
Ini memunculkan pertanyaan: apakah format interview kerja sekarang memang belum cocok dengan cara berpikir dan cara kerja Gen Z? Atau justru, apakah Gen Z yang belum cukup dilatih menghadapinya?
Interview Terasa Seperti Formalitas (atau Basa-basi)
Salah satu hal yang membingungkan dalam Interview Kerja Gen Z Â adalah ketika pertanyaan terasa tidak benar-benar ingin mengenal siapa mereka.Â
Pertanyaan-pertanyaan seperti "Ceritakan tentang dirimu" atau "Apa kelebihan dan kekuranganmu?" sudah begitu umum dan bisa dengan mudah ditemukan jawabannya di internet.
Gen Z tahu persis bagaimana menjawab pertanyaan ini, tapi banyak dari mereka merasa seperti sedang "berakting". Jawaban yang diberikan sering kali terasa seperti mengikuti skrip bukan mencerminkan dirinya yang sebenarnya. Meskipun tidak ada niat untuk tidak jujur, namun sering kali jawaban itu terasa dipaksakan untuk memenuhi ekspektasi yang tidak jelas.
Kenapa ini menjadi masalah? Karena Gen Z terbiasa menunjukkan diri lewat karya: desain visual, video kreatif, kampanye media sosial, dan kolaborasi daring. Gen Z lebih suka berkomunikasi melalui hasil kerja nyata, bukan hanya sekedar kata-kata yang dirangkai rapi. Tapi ketika berada di ruang interview, semua itu tiba-tiba dipertanyakan lewat cara yang sangat verbal dan terstruktur.