Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena FOMO

14 Maret 2023   21:17 Diperbarui: 14 Maret 2023   21:21 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fomo| Sumber: depositphotos.com

Baru-baru konser Blackpink menjadi pemicu trending topiknya istilah Fomo. Fear of missing out. Ketakutan kehilangan kesempatan.

Apa itu FOMO? Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh profesor dari Oxford University, Dr. Andrew K. Przybylski pada tahun 2013. Menurutnya, penyebab utama seseorang mengalami sindrom ini adalah perasaan tidak puas dan tidak bahagia dengan dirinya sendiri. (sumber). 

Oleh karena tidak puas dan tidak bahagia dengan diri sendiri, seseorang mencari kebahagiaan di luar. Fomo menggambarkan ketakutan khusus. Ketakutan yang muncul ketika seseorang menganggap dirinya kehilangan beberapa interaksi sosial penting. 

Dalam konteks inilah makanya orang beranggapan bahwa kebanyakan penonton yang hadir di konser Blackpink bukanlah fans. Mereka yang hadir lebih banyak karena ada teman yang mengajak nonton konser. Bukan karena kemauan sendiri. Mereka tanpa pikir panjang setuju untuk ikut karena khawatir akan ada momen seru yang terlewat kalau tidak ikut.

Pada prinsipnyanya FOMO merujuk pada perasaan cemas atau khawatir seseorang yang merasa bahwa orang lain mungkin sedang melakukan sesuatu yang lebih baik, menarik, atau penting daripada yang sedang mereka lakukan.

Perasaan FOMO seringkali muncul ketika seseorang melihat atau mendengar aktivitas atau acara sosial yang terjadi tanpa mereka di dalamnya. Selain itu FOMO merujuk pada suatu keadaan ketika seseorang tidak ingin melewatkan kesempatan penting yang mungkin tidak datang dua kali.

FOMO sering dikaitkan pula dengan kebiasaan menghabiskan waktu secara berlebihan di media sosial dan internet. Sebabnya karena melihat orang lain melakukan aktivitas yang menarik di media social.

Mengutip Kompas.com, FOMO terjadi sebagai efek samping dari media sosial. Seperti diketahui, media sosial berguna untuk membagikan berbagai hal, seperti aktivitas, info, obrolan, dan lainnya. Perilaku kognitif yang berhubungan dengan FOMO, seperti selalu memperbarui situs atau media sosial yang diakses. Termasuk dengan mengetahui notifikasi yang muncul pada gadget.

Masih merujuk pada Kompas.com, FOMO juga menjadi sebuah ketakutan saat individu menunggu feedback dari pesan orang lain atau pembaruan yang akan terjadi. Kebutuhan untuk terus terlibat dalam pembicaraan merupakan salah satu yang menyebabkan individu mempunyai perilaku FOMO.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami FOMO,  antara lain:

1. Media sosial

Kehadiran media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Snapchat dapat memperkuat perasaan FOMO. Melalui media sosial, seseorang dapat melihat aktivitas orang lain yang menarik, dan merasa tertinggal atau tidak diundang ke dalam kegiatan tersebut.

2. Kesenjangan sosial

Perasaan FOMO sering muncul ketika seseorang merasa ada kesenjangan sosial atau budaya antara dirinya dan orang lain di sekitarnya. Orang yang merasa seperti ini mungkin merasa lebih rendah atau kurang penting daripada orang lain, dan merasa tidak nyaman ketika tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap penting atau menarik.

3. Keterbatasan waktu

Perasaan FOMO juga dapat muncul karena seseorang merasa terbatas dalam waktu dan tidak ingin melewatkan kesempatan penting yang mungkin tidak akan datang lagi.

4. Keterbatasan sumber daya

Perasaan FOMO juga dapat muncul ketika seseorang merasa terbatas dalam sumber daya seperti uang atau kesempatan, dan merasa sulit untuk memenuhi harapan atau impian yang dianggap penting.

5. Tekanan sosial

Kadang-kadang tekanan sosial seperti harapan dari keluarga, teman, atau masyarakat dapat memicu perasaan FOMO. Seseorang mungkin merasa terdorong untuk melakukan hal-hal tertentu agar tidak merasa tertinggal atau dianggap tidak sukses.


Perasaan FOMO yang terus-menerus dapat memiliki dampak negatif. Dampak buruknya lebih kepada kesehatan mental dan emosional seseorang. Beberapa dampak yang terlihat misalnya kecemasan,deprsei, stres dan ketergantungan pada media sosial. 

Namun ada beberapa solusi yang dapat membantu mengelola perasaan FOMO. Agar  terhindar dari FOMO, seseorang perlu:

  • Menetapkan prioritas. Tentukan apa yang benar-benar penting  dalam hidup. Fokus pada hal-hal utama. Perasaan FOMO tidak boleh mengalihkan perhatian.
  • Menghindari penggunaan media sosial yang berlebihan. Batasi waktu di media sosial. Jangan biarkan media sosial yang mengontrol hidup.
  • Fokus pada pengalaman langsung. Cobalah untuk lebih fokus pada pengalaman langsung dengan orang-orang di sekitar.
  • Menjadi puas dengan apa yang ada. Belajarlah untuk menjadi puas dengan keadaan saat ini. Menghargai apa yang  dimiliki. Jangan membandingkan diri dengan orang lain.  
  • Mengambil waktu untuk diri sendiri. Cobalah untuk mengambil waktu untuk diri sendiri untuk bersantai. Menikmati momen-momen kecil dalam hidup, tanpa tekanan untuk selalu berada dalam lingkungan sosial yang ramai.
  • Meningkatkan keterlibatan sosial secara sehat. Cobalah untuk meningkatkan keterlibatan sosial secara sehat dan positif. Mengikuti kegiatan yang disukai dan dengan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun