Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terluka

2 Februari 2023   17:08 Diperbarui: 2 Februari 2023   17:35 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berhentilah atau aku akan meninggalkan persahabatan ini. Terserah apapun itu. Aku hanya ingin otakku tidak diganggu dengan saling menyakiti. Bisakah dirimu berhenti dan berkomunikasi denganku, menanyakan dengan baik dan bercerita yang baik-baik saja? 

Di sebuah ruang tamu. Seorang pria dan dua wanita cantik duduk berhadap-hadapan. 

 "Aku gak enak berlama-lama. Mengganggu waktumu bersama dia. Aku pamit ya." kata Agnes sambil hendak pergi.
"Ya, kalo itu maumu...silahkan!" jawab pria itu dengan sopan.
"Oke, mat malam kamisan, pak ... moga selalu happy dengan dia." ucap Agnes.

Sinta merasa tidak enak hati mendengarkan pembicaraan itu. Ada rasa jengkel. Lalu diam-diam Sinta pergi. Meninggalkan pria kesayangannya dan Agnes di ruang tamu itu

"Aku mau nanya.... kapan lukamu sembuh?" tanya pria itu lagi.
"Entahlah. Lukaku terlalu dalam. teramat sakit.  tapi, aku perlahan bangkit dan menerima." ungkap Agnes.
"Hanya sedikit saja baikmu padaku. Setelah itu, rasa baikmu hilang. Muncul pula lukamu. Aku jadi bingung." ucap pria itu lagi.

Ruangan itu kembali sepi. Hanya ada tarikan nafas panjang bergantian.
Suara Agnes kembali memecah kesunyian.

" Iya, aku ... sadar banget, karena dia begitu sempurna di matamu.  Padahal, aku membencinya sampai mati." kata Agnes.

Ada air mata yang menetes.  Pria itu hanya bisa menatap pada wajah Agnes.

"Apa yang dirimu mau dariku? Kalau saja dirimu seperti ini terus, aku juga mausia biasa yang punya batas kesabaran. Paham ya?" ucap pria itu lagi
"Sudah aku duga. Kau sakit, jika aku menghina dia. Dan itulah kau tega sakiti aku. Yah, sudahlah" jawab Agnes.
"Nah ini salah lagi presepsimu." ucap pria itu
"Lalu?"
"Kalo engko tidak suka padanya, lantas kenapa diberikan kepadaku sakitmu? Adilkah dirimu? Bila engkau terus membuat pikiranmu tidak adil padaku, maka aku tidak bisa berlama-lama dengan orang yang selalu menabur benci padaku" pria itu menjelaskan.

Ruangan kembali sepi. Kain gorden jendela bergoyang dihembus angin sepoi. Ruangan tamu itu ingin sekali menyudahi pembicaraan pria itu dan Agnes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun