Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bocah Bundar dan Ibu

15 Januari 2023   08:53 Diperbarui: 15 Januari 2023   09:15 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari pagi sudah berjalan perlahan
Tangisan pecah menerobos pada titik-titik embun
Yang bergantungan pada daun-daun mungil sirsak
Lalu jatuh ke tanah

Si bocah kecil berjalan menuju ibunya
Dengan butiran kristal memenuhi kelopak matanya
Lalu mengalir perlahan jatuh pada pipi mungilnya
Berteriak kencang sejadi-jadinya

Lantas pemilik tangis menangis berpalang lantai kotor
Tidak seperti matahari berjalan di langit biru yang bersih
Tetapi sama-sama menyemburkan panas membara mencekik hati
Sebab kelakuan unik sering kali datang tiba-tiba.

Si bocah bulat meminta sarapan pada ibu di tengah kesibukannya.
Meminta dengan cara unik menyakitkan.
Padahal ketika ibu tak ada kerja pada tangan lusuhnya dan mengajaknya makan,
Engkau si bocah bundar seringkali menghindar.

Hati ibu semulia emas,
tak terkikis oleh karatan.
Merayumu dengan rendah hati.
Menjelaskan penuh kesabaran.
Lantas engkau diam
Perlahan-lahan pula si bocah bulat mengisi perut manisnya dengan lahap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun