Bunyi telepon berdering di samping mejaku. Saya melihat ada nomor baru yang memanggil. Awalnya, saya ragu. Apakah saya harus menerima panggilan tersebut atau tidak. Akhirnya saya memutuskan untuk menerima telepon.
Seorang pria dengan ramah menyapa saya dari balik telpon. Dia memperkenalkan dirinya dan menanyakan identitas saya untuk memastikan apakah saya merupakan orang yang dicantum pada alamat paket.
Pria yang menghubungi saya melalui telpon merupakan pegawai pos kecamatan. Di ujung telpon, pegawai pos memberitahukan maksud dan tujuan dia menelponku. Ada paket dari Surabaya.
Menyebut ada paket dari Surabaya, saya langsung teringat sama bapak Ahmad Syaihu. Bapak Ahmad pernah memberitahukan ke saya melalui pesan WhatsApp perihal dua buku yang ingin dihadiakan kepada saya plus alamat lengkap tujuan pengiriman.
Kembali kepada pembicaraan dengan pegawai pos tadi. Dalam percakapan, saya memberitahukan kepada pegawai pos bahwa saya sendiri yang akan ke kantor untuk mengambil paket tersebut.
Kemarin saya sudah mengambil kiriman tersebut dan telah membukanya. Saya sangat bahagia karena ada dua buku yang telah dikirim oleh Bapak Ahmad. Kedua buku ini sangat berkaitan dengan bakat dan minat saya dalam menulis di Kompasiana.
Buku pertama yang saya lihat adalah buku dengan judul:Â Jiwa-jiwa yang Cendayan. Buku ini berisi kumpulan puisi kehidupan yang ditulis langsung oleh Ahmad Syaihu. Buku dengan tebal 110 halaman ini diberikan kata pengantar oleh seorang pemimpin redaksi ternama. Suatu hal yang istimewa bagi saya tentunya.
Buku kedua berjudul: Menyemai Renjana, Memendar Senjana. sebuah buku antologi Ungkapan perasaan dan doa guru semasa korona. Buku setebal 916 halaman ini merupakan hasil karya dari 111 guru Indonesia yang dikuratori sendiri oleh Bapak Syaihu. Sebuah mahakarya yang luar biasa pula.