"Mama....mama!". Si bungsu berteriak memanggil ibunya. Rupa-rupanya, Aurelia (nama samaran) meminta pertolongan.
Agnes (nama samaran) tertawa di samping Aurelia. Dengan cekatan, Agnes mengambil kembali boneka kesayangan Aurelia. Agnes berharap adiknya berteriak memanggil mamanya.
Sementara istriku sedang di kamar mandi ketika Agnes melakukan ulahnya terhadap Aurelia. Sang ibu hanya bisa berteriak untuk menghentikan ulah Agnes.
Aku berada di dalam kamar bersama Aurelia dan Agnes. Saya hanya bisa tertawa menyaksikan kejadian yang dialami oleh kedua anakku. Tetapi di sisi lain, kejadian ini juga membuat jengkel dan marah.
Agnes suka sekali bermain bersama adiknya. Hanya dalam proses bermain itu, Agnes suka sekali membuat adiknya menangis. Namun, Agnes juga suka membuat adiknya tertawa.
Setelah urusan istri di kamar sudah selesai, ia menghampiriku. Dia marah padaku. Mama Aurelia mengatakan bahwa saya tidak peduli pada anak.
Aku menanyakan pada Agnes tentang alasan mengapa dirinya menganggu adiknya. Agnes hanya diam. Lalu dia pergi meninggalkan kamar.
Sang adik kembali asyik bermain dengan bonekanya. Terkadang Aurelia memeluk boneka itu sambil menciumnya.
Sementara istriku terus memarahiku. Aku hanya diam. Seperti Agnes, akupun meninggalkan ruangan. Aku mencari Agnes.
Agnes sedang duduk di kursi di kamar makan. Aku mendekapnya. Sambil menanyakan alasan mengapa dirinya suka membuat Aurelia menangis.