Hari ini, Sri diminta untuk mencucikan pakaian tetangganya. Dan biasanya dia diberi upah untuk itu. Sri bersyukur sekali karena hari ini keluarganya tidak perlu menekan perut mereka dibantal.
“Bu, berarti kita tidak perlu sembunyi di dalam rumah kan? Wulan terlihat sangat senang” kata Gina yang juga membawa sebuntel pakaian yang ukurannya lebih kecil dari kepunyaan Sri. Sri mengganguk.
“Tapi, kalau ayah pulang tidak ada kita gimana bu?” kata Gina.
“Ayahmu pulangnya agak maleman dari bengkelnya pak karto, Gina.” kata Sri pada anak sulungnya itu.
Pak Krisna sudah mulai bekerja lagi dan dia mengambil pekerjaan menjadi tukang las di bengkel pak karto. Dia sangat bersyukur memiliki ketiga putri yang mengerti dengan keadaan mereka. Anak sulungnya Gina, selalu membantunya ketika ada pekerjaan yang harus dikerjakan seperti sekarang. Mereka sibuk menyikat dan membilas pakaian ketika petugas koperasi mendatangi mereka.
“Bu, mau sembunyi dimana lagi? Jangan bikin capek dong bu. Setiap hari ditagih tidak ada malah sembunyi disini” kata lelaki bertubuh tegap hitam itu pada Sri sambil mencakarkan tangan dipinggangnya.
“Bukan, sembunyi pak. Ini lagi nyuci. “ kata Sri.
“Mana bu setorannya. Saya sudah dimarahin bos saya. Gaji saya sudah dipotong gara-gara ibu” kata yang lain.
“Belum ada, pak. Nanti kalau bapaknya anak-anak sudah terima upah bengkel baru dikasih.”
“Waduuuh, ibuu. Bikin saya kesal saja. Sudah seminggu lebih ibu tidak setor. Hari ini juga?. Pokoknya biar berapa-berapa setor deh bu. Siapa yang nyuruh ngutang kalau begini?” kata petugas yang pertama.
“Iya, pak. Ini saya nyuci dulu. Nanti kalau sudah dikasih Upahnya, saya kasihkan ke bapak!”Kata Sri sambil melihat ke anak-anaknya yang terlihat ketakutan.