Mohon tunggu...
evka waty
evka waty Mohon Tunggu... Guru - -

Masih banyak belajar. Tolong dukung saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Esok Akan Lebih Baik

18 Juni 2022   10:39 Diperbarui: 18 Juni 2022   10:43 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari masih belum terbit. Suara adzan baru selesai berkumandang. Setelah selesai sholat Sri menuju ke dapur. Dia ingin memasak untuk sarapan anak-anaknya sebelum mereka pergi ke sekolah. Dia hanya berdiri mematung didepan tungku yang belum menyala. Sri bingung apa yang harus dia masak agar anak-anaknya tidak kelaparan. Beberapa hari yang lalu, Bayam liar yang tumbuh di kebun belakang rumah diambilnya dan dicampurnya dengan segengam beras yang tersisa untuk dijadikan bubur yang jumlah airnya lebih banyak. Daun singkong yang baru bertunas cuma bisa dia rebus tanpa garam. Bahkan pisang yang masih sangat muda terpaksa dia rebus agar keluarganya bisa makan.

“Ya, Allah. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku masak hari ini?!” Kata Sri sambil mengurut keningnya yang terasa pening.

Dadanya terasa sesak. Dia menangis, namun airmata sudah tidak bisa keluar lagi dari matanya karena sudah seringnya dia menangis. Suaminya pak Krisna, sedang sakit. kakinya bengkak karena kecelakaan yang dia alami ketika berjualan 4 bulan yang lalu. Semua barang berharga yang mereka miliki sudah habis dijual olehnya untuk berobat dan memenuhi kebutuhan mereka. Dia sudah tidak bisa lagi mengutang beras di warung karena sudah terlalu banyaknya dia berhutang sehingga tidak lagi dipercaya oleh pemilik warung. Sri keluar dari pintu dapur rumahnya dan menuju ke kebun yang ada di belakang rumahnya itu. Sri terus berjalan menyusuri kebun tersebut. Disusuri kebun tetangganya itu. Mungkin saja ada yang bisa dimakan. Mata Sri tertuju pada sebatang kayu yang telah lapuk. Diatasnya ditumbuhi jamur karena pada saat itu musim hujan. Mata Sri sampai berkaca-kaca seperti memperoleh harta karun sambil mencabuti jamur tersebut. Lumayan satu ember penuh jamur berwarna putih itu dia dapatkan. Sri menuju ke sumur dan membilas jamur itu hingga bersih.

“Apa itu bu?” tanya Wulan anak bungsunya di depan pintu dapur

“Jamur, kamu suka ini kan?” kata Sri sambil memasuki pintu dapur.

”Iya, bu. Paling enak kalau di goreng kriuk” Sri memandangi wajah anaknya yang sudah tampak kurus itu. Ada perasaan sesak didadanya

“Kali ini kita rebus saja ya nak.” Kata Sri sambil menyusun kayu di tungku perapian

“Iya, bu. Tidak apa-apa” kata anaknya. Ada guratan kecewa di wajah anaknya itu namun agaknya anaknya telah paham betul keadaan mereka saat ini.

“Bu, nanti kita masih harus menutup pintu lagi? Masih tidak boleh berisik ya bu?” katanya sambil merangkul tubuh Sri dari belakang. Sri yang sedang memasukkan jamur kedalam air yang sudah mendidih itu terdiam sejenak.

“Wulan bosan?”tanya Sri sambil meraih tubuh kecil Wulan dan memangku tubuh itu dipangkuannya.

“Iya, bu. Wulan juga pengin main sama teman-teman.”kata Wulan polos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun