Mohon tunggu...
Evita PutriApriliani
Evita PutriApriliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Prodi Matematika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi dan Pendidikan Orang Tua, Kesiapan Masyarakat di Desa Jauh dari Kota dalam Kegiatan Sekolah Daring

28 Juli 2021   16:18 Diperbarui: 28 Juli 2021   16:30 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembimbingan Belajar Terpaksa Dilakukan Luring (Dokpri)

Dengan semakin meningkatnya kasus Covid-19, pemerintah terpaksa mengeluarkan lebih banyak kebijakan pada masyarakat untuk mengurangi mobilitas warga agar penularan virus ini dapat dikurangi. Salah satu kebijakan tersebut adalah kewajiban setiap sekolah untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring (online). Kebijakan ini diberlakukan untuk setiap jenjang pendidikan dari tingkat universitas, hingga tingkat dasar. Dan untuk menunjang kebijakan ini, mulai tahun 2020, kemendikbud meresmikan kebijakan bantuan kuota data internet dengan syarat nomor telefon harus terdaftar di data pokok pendidikan (dapodik).

Akan tetapi kenyataannya, kuota bukan hanya yang menjadi penghalang besar dalam kegiatan belajar-mengajar secara daring ini.

KKN ini dilakukan di salah satu desa di kecamatan Ciranjang, kabupaten Cianjur, provinsi Jawa Barat. Setelah mendengarkan cerita dari beberapa guru di salah satu sekolah dasar di desa itu, ternyata ada banyak sekali masalah demi masalah dalam periode kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan semester genap yang sudah berlalu tahun 2021 ini.

Teknologi yang menjadi kebutuhan dasar untuk proses belajar-mengajar secara daring ini adalah salah satu masalahnya. Uang yang dibutuhkan untuk membeli teknologi paling minimum, yaitu handphone, tentu tidaklah kecil. Apalagi, untuk kalangan masyarakat yang mayoritas adalah petani dan pekerja serabutan. Sehingga banyak orang tua siswa yang terpaksa meminjam uang untuk membeli handphone agar anaknya dapat belajar. 

Dan untuk kalangan yang sudah memiliki handphone, masalah yang perlu dihadapi selanjutnya adalah sulitnya sinyal. Bersumber dari orang tua murid yang diwawancarai, mereka mengaku bahwa titik tersulit untuk mendapatkan sinyal adalah ketika hujan lebat atau mati listrik. Ketika salah satunya terjadi, baik hujan lebat ataupun mati listrik, maka untuk beberapa provider seperti "3 (Three)" atau "Indosat",  sinyal yang didapat bisa sampai hilang sepenuhnya (menunjukkan gambar x).

Permasalahan selanjutnya yaitu pendidikan mayoritas orang tua murid yang tidak mencukupi tuntutan zaman. Masih banyak orang tua murid yang gagap teknologi (gaptek), sehingga menghambat kegiatan belajar-mengajar yang dibutuhkan untuk siswa siswinya. Untuk mengatasi permasalahan ini, beberapa guru terpaksa membatasi kegiatan belajar-mengajar hanya menggunakan media WhatsApp saja. 

Walau begitu, masih banyak masalah yang muncul, seperti pengiriman foto yang berbayang (blur), orang tua siswa lupa untuk cek grup WhatsApp sehingga tidak sadar anaknya memiliki tugas sekolah, dan sebagainya. Ditambah lagi, banyak orang tua yang kebingungan mengajar anaknya. Selain faktor orang tua tidak dapat membantu anaknya mengerjakkan tugas yang diberikan karena pendidikan mereka yang kurang, banyak anak juga memberontak kepada orang tuanya. 

Dalam seminggu pertama semester baru dimulai dari tanggal 19 Juli ini, banyak orang tua yang menghubungi guru yang diwawancarai dan berkata bahwa tugas sekolah yang diberikan hari itu tidak dapat diselesaikan. Dimana banyak orang tua murid mengaku, bahwa mereka bingung mengajari anaknya sebab mereka enggan belajar dan lebih suka bermain, sehingga hanya diberikan tugas untuk membaca saja dapat membuat mereka menangis. 

Dan ketika ditanyakan mengapa mereka enggan belajar, banyak yang berkata bahwa hanya lingkungan sekolah yang dapat membuat mereka belajar. Sebelumnya situasi ini dapat ditangani dengan guru-guru memanggil murid-muridnya ke rumah guru tersebut secara bergilir. Namun karena meningkatnya kasus Covid-19 akibat mudik pada libur lebaran tahun ini dan diberlakukannya PPKM, kegiatan tersebut harus dihentikan secara sepenuhnya.

Mempertimbangkan hasil wawancara dari kedua topik ini, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat di desa ini sama sekali masih belum siap untuk belajar online, dan situasi itu akan berakibat fatal untuk siswa-siswi sekolah dasar ini kedepannya. Perlu ada perhatian pemerintah untuk daerah-daerah yang tertinggal seperti ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun