Risiko umum yang telah diidentifikasi untuk beberapa problem termasuk ketidakstabilan politik, migrasi, urbanisasi, perubahan iklim dan resistensi antimikroba.
Ketidakstabilan politik dan konflik dapat menjadi hambatan untuk kemajuan dalam program kesejahteraan kesehatan.
Ketidakstabilan politik juga dapat mengakibatkan kesenjangan dalam tata kelola, pengalihan pendanaan dan kesulitan pelaksanaan, seperti gangguan infrastruktur, terbatasnya akses ke penduduk lokal dan risiko bagi petugas kesehatan.
Migrasi dan perpindahan penduduk lainnya dapat mengakibatkan atau masuknya kembali penyakit, terutama bila penduduk yang dipindahkan tinggal di akomodasi sementara dengan sanitasi yang tidak memadai, penyimpanan air yang buruk, dan akses terbatas ke pusat kesehatan.
Epidemi atau pandemi lokal dapat secara signifikan membatasi pelaksanaan intervensi selama terjadinya wabah.
Perubahan iklim mengubah epidemiologi penyakit yang ditularkan melalui vektor dan penyebaran penyakit seperti demam berdarah dan chikungunya.
Resistensi antimikroba dan insektisida merupakan ancaman yang muncul untuk penyakit tertentu, terutama mengingat penggunaan insektisida untuk pengendalian vektor.
Tantangan ini menyoroti pentingnya pendekatan baru dan inovatif , seperti pengembangan antimikroba baru dan sistem untuk memantau resistensi antimikroba.
Perencanaan kontinjensi akan menjadi penting untuk mengurangi efek dari kejadian yang tidak terduga. Kolaborasi dengan aktor pemerintah seperti pembuat kebijakan lingkungan dan otoritas migrasi akan sangat penting untuk mengurangi risiko untuk mencapai target 2030.
Setiap penyakit akan membutuhkan serangkaian tindakan unik untuk memenuhi tonggak dan target Meskipun tema tertentu relevan dengan banyak penyakit, serangkaian tindakan kritis akan diperlukan untuk setiap penyakit dan kelompok penyakit.
