Pernahkah Anda menyadari bahwa niat awal membuka media sosial hanya sebentar untuk mengecek notifikasi, tiba-tiba berubah menjadi sesi scrolling tanpa henti selama berjam-jam?
Fenomena yang dikenal sebagai "infinite scrolling" atau "scrolling tanpa akhir" ini bukanlah kebetulan. Para developer aplikasi media sosial dengan sengaja merancang algoritma ini untuk membuat pengguna terus terlibat dan menghabiskan waktu lebih lama di aplikasi mereka.
Jebakan yang Dirancang dengan Sempurna
Media sosial modern didesain dengan algoritma khusus. Setiap kali kita menarik scroll ke bawah, otak kita mengantisipasi "hadiah" berupa konten menarik yang mungkin muncul.
Kadang kita menemukan sesuatu yang menghibur, kadang tidak, dan ketidakpastian inilah yang membuat kita terus scrolling, berharap menemukan sesuatu yang lebih menarik di post berikutnya.
Algoritma cerdas di balik platform ini terus mempelajari preferensi kita dan menyajikan konten yang semakin canggih dan sesuai dengan apa yang kita cari baru-baru ini. Ditambah dengan notifikasi yang tak henti-hentinya masuk, kita seolah terjebak dalam lingkaran setan yang sulit diputus.
Dampak Negatif yang Mengintai
Kebiasaan scrolling berlebihan ini membawa berbagai dampak negatif yang serius terhadap kesehatan mental dan fisik.
Waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja, belajar, atau melakukan aktivitas produktif lainnya tersita oleh scrolling tanpa tujuan. Banyak orang yang kemudian merasa stres karena tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas penting mereka.
Cahaya biru dari layar hp dan stimulasi mental dari konten media sosial mengganggu produksi melatonin - hormon yang mengatur siklus tidur. Kebiasaan gulir hingga larut malam membuat kualitas tidur menurun drastis.
Paparan terus-menerus terhadap konten yang menampilkan "kehidupan sempurna" orang lain dapat memicu kecemasan sosial, depresi, dan perasaan tidak puas dengan kehidupan sendiri. FOMO (Fear of Missing Out) menjadi momok yang menghantui banyak pengguna media sosial.
Postur tubuh yang buruk saat scrolling dalam waktu lama dapat menyebabkan nyeri leher, punggung, dan mata lelah. Syndrome yang dikenal sebagai "text neck" ini semakin umum ditemui di kalangan pengguna smartphone aktif.