Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Era New Normal, Sekolah Harus Bagaimana?

31 Mei 2020   12:00 Diperbarui: 31 Mei 2020   13:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah hampir tiga bulan kita menahan diri dari keluar rumah dan mengunjungi tempat umum kecuali jika ada keperluan penting, saatnya kita mempersiapkan diri untuk memasuki New Normal. Sebuah tatanan kehidupan baru yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya, tapi terpaksa harus kita jalani. 

Kita harus terbiasa sholat di rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah bahkan belanja dari rumah.Bagi kita yang terpaksa harus keluar rumah, tentu saja perlu melakukan adaptasi. Dimanapun bekerja dan kemanapun tujuan bepergian, masker tak boleh tanggal. Menghindari jabat tangan dan kerumunan, menjaga jarak dengan orang lain dan sering mencuci tangan, sudah harus menjadi kebiasaan yang reflek dilakukan.

Namun bagaimana dengan suasana sekolah?

Hari-hari ini, para orang tua sangat khawatir dengan semakin dekatnya waktu masuk sekolah. Jumlah murid yang ratusan bahkan ada yang ribuan dalam satu lembaga, tak mungkin dikurangi. Kerinduan setelah lama tak jumpa, tempat jajan yang penuh saat istirahat, interaksi yang luas dengan sesama murid atau guru, tak lagi bisa dihindari.

Ada beberapa orang tua yang memilih untuk mengambil cuti tambahan dengan alasan demi keselamatan. Ada yang tak punya pilihan selain melepas anak kembali bersekolah karena orang tua harus bekerja dan tak bisa mendampingi anak sepanjang hari.

Kemudian apa yang harus disiapkan sekolah?

Yang utama tentu, memastikan adanya rasa aman. Untuk itu perlu upaya sungguh-sungguh dalam menyiapkan semua hal terkait protokol kesehatan dan keselamatan, agar semua warga sekolah terhindar dari paparan covid-19.

Pertama, pengadaan fasilitas tambahan, seperti thermometer gun, sabun dan air mengalir untuk cuci tangan di banyak titik, hand sanitizer dan UKS beserta tenaga kesehatan untuk memberikan dukungan kesehatan. Jika ada area bermain, sebaiknya untuk sementara ditutup.

Di samping itu setting ruang kelas harus diperbaharui. Jarak duduk antar murid 1,5 meter, guru berada dalam satu kelas dan sebisa mungkin menghidari moving class. Untuk itu, jadwal masuk sekolah bisa diatur bergantian, karena setiap kelas maksimal hanya mampu menampung 10 murid.

Andai setiap kelas masih dengan 24 murid sebagaimana sebelumnya, bisa diatur sedemikian rupa hingga tetap ada jarak aman. Selain itu, sekolah juga dapat rutin melakukan penyemprotan disinfektan setelah murid selesai belajar, yang bekerja sama dengan puskesmas terdekat.

Kedua, menyiapkan peraturan baru. Mulai dari masuk pintu gerbang sekolah, semua harus mengikuti protokol kesehatan. Wajib mengenakan masker dan membawa makanan dari rumah, menjaga jarak dan tidak berkumpul lebih dari 5 orang di luar jam pelajaran.

Hendaknya sekolah juga memasang banner pencegahan corona di gerbang sekolah dan kelas. Orang tua atau pengantar jemput murid tidak berganti dan lokasi drop zone ditentukan di luar area sekolah, itupun harus diatur sedemikian rupa agar kendaraan tak perlu menunggu lama.

Dan yang terpenting, sekolah mengatur jam belajar dengan durasi waktu lebih pendek dibanding sebelumnya, juga menata waktu keluar masuk kelas hingga tidak terjadi penumpukan murid.

Dari paparan di atas, mungkin sebagian pembaca bertanya, "Ini kan hanya bisa dilakukan di sekolah dengan sistem dan pelayanan yang mapan. Lalu bagaimana dengan sekolah biasa, apalagi yang di pelosok?".

Kita bisa kok menerapkan semua hal diatas, disesuaikan dengan kondisi setempat. Contohnya, sistem sifting anak masuk sekolah dua atau tiga kali dalam seminggu, ini bisa dilakukan dimanapun kan? 

Selebihnya, anak-anak tetap belajar di rumah dengan kartu kendali yang telah disiapkan. Nah, untuk cairan disinfektan dan hand sanitizer, bisa dibuat dengan bahan pengganti alami yang bisa kita temui dimana saja, seperti rebusan daun sirih. Sudah banyak tutorial pembuatannya di youtube.

Lebih dari itu, yang terpenting adalah menumbuhkan kesadaran semua murid, guru dan warga sekolah tentang pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan.

Membiasakan disiplin dan waspada dengan cara yang menyenangkan, dan menghindarkan semua dari rasa takut. Hal lain yang tak boleh tertinggal adalah menyiapkan rencana program pembelajaran yang berisi materi kontekstual. Seperti muatan ketrampilan murid dalam menganalisa dan menyelesaikan masalah, pemberian motivasi, panduan praktik langsung dan ibadah dalam suasana pandemic ataupun materi lain yang tidak semata di ranah kognitif.

Sehingga dalam keterbatasan waktu, sekolah tetap mampu membersamai murid untuk beradaptasi menjalani new normal, sekaligus merawat kreatifitas dan kegembiraan.

Nah, semoga semua sekolah dapat memberikan pelayanan yang terbaik ya, agar pembelajaran tetap berlangsung dengan menyenangkan dalam situasi apapun. Ketika masa pandemi atau dalam New Normal nanti.
.

Bandar Lampung, 28 Mei 2020

Oleh : Evi Ghozaly dan Tri Puji Astuti*)

*) Penulis adalah konsultan dan praktisi pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun