Hendaknya sekolah juga memasang banner pencegahan corona di gerbang sekolah dan kelas. Orang tua atau pengantar jemput murid tidak berganti dan lokasi drop zone ditentukan di luar area sekolah, itupun harus diatur sedemikian rupa agar kendaraan tak perlu menunggu lama.
Dan yang terpenting, sekolah mengatur jam belajar dengan durasi waktu lebih pendek dibanding sebelumnya, juga menata waktu keluar masuk kelas hingga tidak terjadi penumpukan murid.
Dari paparan di atas, mungkin sebagian pembaca bertanya, "Ini kan hanya bisa dilakukan di sekolah dengan sistem dan pelayanan yang mapan. Lalu bagaimana dengan sekolah biasa, apalagi yang di pelosok?".
Kita bisa kok menerapkan semua hal diatas, disesuaikan dengan kondisi setempat. Contohnya, sistem sifting anak masuk sekolah dua atau tiga kali dalam seminggu, ini bisa dilakukan dimanapun kan?Â
Selebihnya, anak-anak tetap belajar di rumah dengan kartu kendali yang telah disiapkan. Nah, untuk cairan disinfektan dan hand sanitizer, bisa dibuat dengan bahan pengganti alami yang bisa kita temui dimana saja, seperti rebusan daun sirih. Sudah banyak tutorial pembuatannya di youtube.
Lebih dari itu, yang terpenting adalah menumbuhkan kesadaran semua murid, guru dan warga sekolah tentang pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan.
Membiasakan disiplin dan waspada dengan cara yang menyenangkan, dan menghindarkan semua dari rasa takut. Hal lain yang tak boleh tertinggal adalah menyiapkan rencana program pembelajaran yang berisi materi kontekstual. Seperti muatan ketrampilan murid dalam menganalisa dan menyelesaikan masalah, pemberian motivasi, panduan praktik langsung dan ibadah dalam suasana pandemic ataupun materi lain yang tidak semata di ranah kognitif.
Sehingga dalam keterbatasan waktu, sekolah tetap mampu membersamai murid untuk beradaptasi menjalani new normal, sekaligus merawat kreatifitas dan kegembiraan.
Nah, semoga semua sekolah dapat memberikan pelayanan yang terbaik ya, agar pembelajaran tetap berlangsung dengan menyenangkan dalam situasi apapun. Ketika masa pandemi atau dalam New Normal nanti.
.
Bandar Lampung, 28 Mei 2020
Oleh : Evi Ghozaly dan Tri Puji Astuti*)
*) Penulis adalah konsultan dan praktisi pendidikan