Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Kita Menerima Pujian

17 Mei 2020   19:56 Diperbarui: 17 Mei 2020   19:56 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dalam hidup ini, tentu kita tak lepas dari berinteraksi dengan orang lain. Saat berhubungan dengan sesama itulah, kadang kita tak bisa menghindari caci maki atau pujian.

Tentang pujian yang kita terima ini, hakekatnya adalah pujian untuk Allah. Karena sesungguhnya Allah yang menutupi aib-aib kita. Coba bayangkan jika semua kekurangan kita dibuka oleh Allah, maka alih-alih kita mendapat pujian dari manusia, justru mungkin kita akan menerima makian.

Sebagaimana ngendikan Syech Ibnu Atha Illah,"Pujian yang kau terima, sesungguhnya hanya pujian atas eloknya tutupan Allah atasmu".

Siapa yang memuliakanmu, sesungguhnya hanya memuliakan indahnya tirai Allah atas dirimu. Dia yang menjadikanmu terlihat baik di mata orang lain karena tirai-Nya itu, walaupun sesungguhnya tidak demikian keadaan dirimu.

Karena itu, sesungguhnya pujian itu adalah untuk Allah yang meletakkan tirai itu atas dirimu, bukan untukmu atau untuk orang yang memuliakan dan berterima kasih kepadamu".

Kemudian apa yang harus kita lakukan jika kita menerima pujian?

Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dipuji, beliau selalu berdo'a:

 "Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka duga, jangan Engkau siksa aku dengan apa yang mereka katakan, dan ampunilah aku dengan apa yang mereka tidak ketahui".

Dengan membaca doa singkat ini, semoga kita tak terlena dengan pujian ya. Meski jujur, saya suka dipuji sih ups. Paling enggak kita sadar bahwa pujian itu hanya pantas untuk Allah.

Dimaki tak tumbang, disanjung tak terbang. Aduh, jadi ingat kalimat populer ini

Gaes, materi ini sudah terupload di yucup ya. Saya mulai melaksanakan saran panjenengan semua. Mendongeng di yucup. Belum pede sih, makanya pagi tadi suara aja sik ke Ami Habibi di Global Madani. Sore, baru berani buka muka. Kapan-kapan buat kanal sendiri. Entah kapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun