Mohon tunggu...
Evi Febriani
Evi Febriani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Senyum dan syukur membuat Anda merasa lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita

23 Maret 2020   11:27 Diperbarui: 25 Maret 2020   10:50 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Vitamin A merupakan zat gizi esensial yang sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Asupan vitamin A dari makanan sehari-hari  masih rendah sehingga diperlukan suplementasi gizi berupa kapsul vitamin A (Profil Kesehatan RI 2017). 

Cakupan pemberian vitamin A pada balita di Indonesia berdasarkan PSG (Pemantauan Status Gizi) 2017 adalah 94,73%. Provinsi dengan persentase tertinggi cakupan pemberian vitamin A adalah Kalimantan Utara (98,49%), sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua (76,61%). Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) bahwa cakupan kapsul vitamin A yang diterima dalam 12 bulan terakhir pada balita yang sudah sesuai standar mencapai 53,5%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunarti Hanapi, Nuryani dan Rahmawaty Ahmad tahun 2019 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita, yaitu :

  • Tingkat pendidikan ibu. Berdasarkan penjelasan pada penelitian yang dilakukan oleh Hanapi dkk, pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan, pengetahuan yang kurang akan mengakibatkan ibu tidak terdorong untuk memberikan vitamin A pada saat yang tepat. Asupan vitamin A pada balita akan cenderung tidak tercukupi jika seorang ibu tidak terlalu memperhatikannya.
  • Peran kader. Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif, maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi balita tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas.
  • Keaktifan kunjungan balita ke Posyandu. Rendahnya keaktifan balita ke Posyandu pada penelitian yang dilakukan oleh Hanapi dkk disebabkan banyak ibu balita yang perpendidikan rendah sehingga membuat ibu balita tidak terdorong untuk membawa anaknya ke Puskesmas/Posyandu. Selain itu, akses menuju Puskesmas/Posyandu yang jauh dan sulit ditempuh sehingga apabila ada pertemuan seperti penyuluhan, masyarakat cenderung tidak menghadiri pertemuan tersebut, sehingga informasi yang diberikan ketika penyuluhan tidak tersampaikan sepenuhnya terutama terkait pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yang bisa dipantau melalui keaktifan kunjungan balita minimal dua belas kali dalam setahun.

Sebagai tenaga Promosi Kesehatan kita dapat melakukan upaya pencegahan untuk mengurangi risiko kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan, serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian kapsul vitamin A dengan sasaran orang tua yang memiliki balita. Selain itu, untuk masyarakat yang sulit menempuh dan mengakses ke Puskesmas/Posyandu kita juga dapat melakukan penyuluhan dengan home visit sehingga informasi yang diberikan ketika penyuluhan di Posyandu dapat tersampaikan kepada masyarakat yang sulit menuju ke Puskesmas/Posyandu.

Anak merupakan aset bagi suatu bangsa, oleh karena itu dibutuhkan anak dengan kualitas yang baik agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki potensi. Untuk itu, diperlukan perhatian dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun orang tua agar dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan balita salah satunya dengan pemberian kapsul vitamin A sehingaa tercipta generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Ayo, lindungi buah hati Anda dari kebutaan, kesakitan dan kematian akibat kekurangan vitamin A dengan berkunjung ke Posyandu.

Evi Febriani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun