Mohon tunggu...
Evi FarikhaVeni
Evi FarikhaVeni Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Mahasiswa

Universitas Pekalongan Prodi Kesehatan Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Covid-19 terhadap Kesehatan Mental

25 Januari 2021   14:40 Diperbarui: 25 Januari 2021   15:08 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pengaruh pandemi COVID-19 secara nyata memang terasa oleh masyarakat di seluruh di dunia. Pada pengertiannya, COVID-19 atau Corona Virus Disaese 2019 adalah jenis virus baru yang awalnya ditemukan pada tahun 2019 di Kota Wuhan China, dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya. Karena perkembangan dan penyebaran virus yang begitu cepat, WHO pun kemudian menyatakan status COVID-19 sebagai pandemi atau epidemi global sehingga perlu penerapan danpencegahan penyebaran virus secara masif. Hal ini terbukti dengan diterapkannya beberapa aturan di berbagai negara termasuk di Indonesia, yakni penggunaan masker, hand sanitizer, disinfektan, cuci tangan yang teratur, dan pemberlakukan pshycal distancing sehingga memicu trending tagar #dirumahaja di berbagai media sosial.Kehadiran wabah pandemi COVID-19tentunya banyak memberikan dampak dan pengaruh yang tidak biasa pada kehidupan masyarakat. Bukan hanya dampak yang terjadi pada kesehatan fisik, namun kondisi psikologis individu dan masyarakat pun ikut terpengaruh juga. Bahwa ada beberapa dampak psikologi ketika pandemi yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat yakni gangguan stres pascatrauma (post traumatic stress disorder), kebingungan, kegelisahan, frustasi, ketakutan akan afeksi, insomnia, dan merasa diri tidak berdaya. Kondisi yang paling parah adalah kemunculan kasus xenofobial dan juga kasus bunuh diri karena seseorang sangat ketakutan jika dirinya akan terinfeksi oleh virus yang dianggap sangat mengerikan.Kondisi yang datang dan berubah secara tiba-tiba, akan membuat masyarakat menjadi tidak siap dalam menghadapinya. dimana kondisi psikologis yang banyak dialami masyarakat khususnya di Indonesia adalah rasa anxiety bahwa anxiety adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas. Banyak ahli berpendapat bahwa kesehatan fisik dan mental sebenarnya harus dikelola dengan seimbang. Ketika seseorang tidak memiliki mental yang sehat, maka dirinya bisa dikatakan terkena gangguan mental. Bahwa mental yang tidak sehat adalah mental yang terganggu, yang didefinisikan sebagai gangguan atau penyakit yang bisa menghalangi seseorang untuk hidup sehat seperti yang diinginkan oleh indvidu itu sendiri maupun orang lain. Bentuk dari gangguan mental ini pun tidak terbatas, bisa dimulai dari gangguan emosional, hingga ketidakmampuan menyesuaikan diri.Ketika seseorang memiliki mental yang tidak sehat, maka kecemasan-kecemasan cenderung akan menguasai dirinya. Apalagi, pada dasarnya semua gangguan kesehatan mental diawali oleh perasaan cemas (anxiety). kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi. Kecemasan diawali dari adanya situasi yang mengancam sebagai suatu stimulus yang berbahaya (stressor). Pada tingkatan tertentu kecemasan dapat menjadikan seseorang lebih waspada (aware) terhadap suatu ancaman, karena jika ancaman tersebut dinilai tidak membahayakan, maka seseorang tidak akan melakukan pertahanan diri (self defence). Ketika COVID-19 mulai ditetapkan sebagai pandemik oleh WHO, semua masyarakat merasa panik. Terlebih semua media dan pemberitaan yang secara serentak dipenuhi oleh berita-berita mengerikan tentang virus corona ini. Dari mulai orang-orang yang terinfeksi virus dimana penjalarannya sangat cepat hingga bisa membuat penderita kehilangan nyawa dalam waktu yang sebentar, proses penyebaran virus yang sangat cepat dan melalui kontak langsung, dan pemberitaan mengerikan lainnya. Tak hanya itu, pemberlakuan pshycal distancing pun memicu pengaruh pada kesehatan mental masyarakat. Tingkat stress semakin tinggi, terlebih ketika para perusahaan dan pabrik tutup sehingga harus mem-PHK banyak pegawainya. Hingga rasa bosan yang memicu stress karena masyarakat merasa dikekang dan tidak bisa mengekspresikan diri seperti biasanya. Kondisi tersebut sangat bisa memicu kecemasan berlebih pada semua orang karena mereka takut bahwa dirinya akan terjangkit dan mengalami hal mengerikan. Pasalnya, kecemasan ini merupakan suatu kondisi tegang yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan tidak aman, dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan ini pun merupakan respons terhadap apa saja yang sedang terjadi. Ketika kecemasannya bersifat tidak wajar tentunya akan memberatkan dirinya dan menyebabkan kelumpuhan dalam memberikan keputusan atau melakukan suatu tindakan. Di Indonesia sendiri, kekhawatiran dan kecemasan masyarakat sangat tersirat dengan jelas. Terlebih ketika awal-awal kedatangan virus Corona ke Indonesia yang menjadikan berbagai kegiatan lumpuh sementara.


1.Kesehatan Mental
Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu yang mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun, pada dasarnya tidak bisa terlepas dari kecemasan dan juga perasaan bersalah. Meskipun begitu, orang yang punya kesehatan mental baik tidak akan dikendalikan oleh kecemasan dan rasa bersalah bersalah tersebut. Sehingga dirinya mampu menyelesaikan segala masalah dan hambatan dengan penuh keyakinan serta bisa memecahkan masalah tersebut tanpa hal lain yang bisa menganggu sttuktur dirinya sendiri. Ketika seseorang memiliki kesehatan mental yang buruk, maka kondisinya adalah banyak kecemasan yang menghantui dirinya dan mengendalikan dirinya. Penyebab terganggunya kesehatan mental seseorang tentu bisa terdiri dari banyak faktor.


2. Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Mental Sejak Pandemi

Banyaknya orang yang mengalami permasalahan kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 sangat bisa dipahami mengingat pandemi Covid-19 merupakan sumber stres baru bagi masyarakat dunia saat ini. Secara global, terdapat empat faktor risiko utama depresi 14 yang muncul akibat pandemi Covid-19.
Pertama, faktor jarak dan isolasi sosial. Ketakutan akan Covid-19 menciptakan tekanan emosional yang serius. Rasa keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak telah mengganggu kehidupan banyak orang dan mempengaruhi kondisi kesehatan mental mereka, seperti depresi dan bunuh diri. Mengacu pada beberapa kasus yang terjadi di India, Amerika Serikat, Saudi Arabia, dan Inggris, isolasi selama pandemi Covid-19 kemungkinan berkontribusi terhadap bunuh diri.
Kedua, resesi ekonomi akibat Covid-19. Seperti yang diketahui, pandemi Covid-19 telah memicu krisis ekonomi global yang kemungkinan akan meningkatkan risiko bunuh diri terkait dengan pengangguran dan tekanan ekonomi. Bukan rahasia, ketika pembatasan sosial berskala besar dilakukan, banyak perusahaan yang mulai menutup pabrik atau perusahannya yang kemudian mem-PHK karyawan mereka. Tentu kondisi tersebut akan memicu perasaan putus asa, kecewa, cemas yang berlebihan, perasaan akan ketidakpastian, hingga perasaan tidak berharga yang bisa memicu seseorang berniat untuk bunuh diri. Faktor lainnya adalah pada masalah sosial dan budaya masyarakat ketika pemberlakuan pshycal distancing. Seperti misalnya para remaja yang biasanya menghabiskan waktu libur dengan bermain bersama temannya, selama pandemi dipaksa harus diam di rumah. Tentunya jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus akan berdampak pada rasa bosan yang memicu stress orang tersebut. ada beberapa golongan masyarakat yang sangat rentan terkena gangguan mental selama pandemi. Kondisi rentan ini adalah seperti perempuan, anak dan remaja, serta lansia. Kondisi tersebut perlu dijadikan perhatian mengingat perempuan memegang peran yang sangat penting dalam mengelola rumah tangga. Anak-anak dan remaja pun tidak luput dari dampak kebijakan pembatasan penyebaran virus melalui sistem pembalajaran jarak jauh. Ruang gerak yang terbatas dan minimnya interaksi dengan teman sebaya selama masa pandemi dapat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa mereka. Remaja yang sejatinya merupakan kelompok usia paling rentan akan stress dan kecemasan kini dihadapkan kepada sebuah polemik baru akibat wabah COVID-19 yang akan semakin menjadi terbatas, akses sosial kepada individu dan komunitas juga tidak dapat mereka lakukan seperti biasanya, hal inilah yang dapat menjadi tekanan-tekanan baru kepada kelompok rentan ini selama Jurnal menghadapi wabah COVID-19. Begitu juga dengan kelompok lansia dimana kerentanan disebabkan oleh proses degeneratif yang menyebabkan menurunnya imunitas tubuh sehingga lansia rentan terinfeksi penyakit, termasuk virus corona. Di tengah kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian, lansia mudah dihinggapi perasaan cemas berlebihan yang kemudian berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik. Situasi yang demikian kompleks dan penuh tekanan secara psikologi dari setiap kelompok usia membutuhkan perhatian dan penanganan yang cepat sehingga tidak menjadi ganguan jiwa yang lebih serius. Kelompok rentan yang disebutkan di atas adalah potret umum kondisi masyarakat saat ini. stres yang muncul selama masa pandemi COVID-19 dapat berupa: Ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang disayangi, Perubahan pola tidur dan/atau pola makan, Sulit tidur dan konsentrasi, Memperparah kondisi fisik seseorang yang memang memiliki riwayat penyakit kronis dan/atau gangguan psikologis atau menggunakan obat-obatan (drugs).


3. Pengaruh COVID-19 Terhadap Kesehatan Masyarakat
COVID-19 pada realitasnya tidak hanya memberikan pengaruh pada kesehatan fisik masyarakat saja, namun juga memberikan pengaruh pada aspek kehidupan lainnya. Pengaruh yang cukup terasa terjadi pada kondisi kesehatan mental masyarakat yang terdampak pandemi. Kondisi kehidupan semenjak adanya pandemi COVID-19 memang banyak membuat kehidupan masyarakat jadi berbeda. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, membuat masyarakat sulit beradaptasi dan menyebabkan stress hingga trauma. Banyaknya pemberitaan dan informasi mengenai penyebaran COVID-19 yang terkesan menakutkan, membuat masyarakat merasa cemas dan khawatir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun