Mohon tunggu...
Evert Nunuhitu
Evert Nunuhitu Mohon Tunggu... Akuntan - Pengamat Sosial dan Keuangan Publik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Without God I'm Nothing...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Di Balik "Politik Langit " Presidium KAMI Gatot Nurmantyo

31 Oktober 2020   16:39 Diperbarui: 31 Oktober 2020   21:58 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deklarasi KAMI Jabar - Dok File CNN Indonesia

Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ( KAMI) Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa ia selalu berbicara didepan “KAMI”  bagaimana menyelamatkan negara dan bangsa  dalam kondisi pendemi seperti ini. Menurut Gatot ada dua permasalahan, yakni masalah kesehatan dan masalah ekonomi yang harus segera dibenahi agar perekonomian tidak sampai memburuk  dan orang yang sakit akibat Covid 19 tidak semakin bertambah. 

Setelah deklarasi KAMI, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ( KAMI) di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8/2020) yang lalu, Gatot Nurmantyo  giat melakukan safari dan melakukan deklarasi KAMI, ke beberapa daerah, dan Gatot  mengatakan bahwa KAMI adalah Organisasi berjaring, dan akan  dideklarasikan di mana-mana, ternyata usaha Gatot dan teman-teman “KAMI”nya yang berusaha untuk menjadikan rakyat  sebagai mitra KAMI mendapat penolakan dari berbagai elemen  masyarakat di mana-mana.  Penolakan terjadi di Surabaya, Bandung, kerawang, Denpasar, Jakarta dan di kota-kota lainnya, bahkan sampai untuk nyekar di TMP Kalibata pun mendapat penolakan dari elemen massa, karena sebagian dari elemen masyarakat beranggapan bahwa “KAMI” adalah  kelompok anti Kemapanan,  anti Panca Sila, dan mengancam Keutuhan NKRI, seperti yang terjadi pada aksi penolakan KAMI oleh elemen massa di Bajra Sandi, Renon, Denpasar, yang dikutip dari laman Kompas TV, Rabu, 30/09/2020.

Pertanyaan besarnya adalah apakah benar “KAMI” dapat dipercaya rakyat sebagai Gerakan moral  yang berjuang membangun masyarakat yang sejahtera berdasarkan konstitusi, seperti yang dikatakan Ahmad Yani, pada waktu deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8/2020) yang lalu,   atau Kehadiran KAMI hanya untuk tujuan memuaskan  sahwad politik  segelintir orang  sebagai persiapan negosiasi politik dalam pesta demokrasi 2024.    Secara eksplisit Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ( KAMI) Gatot Nurmantyo  yang merasa  yakin bahwa para ulama berdoa untuk nya menjadi presiden, meyatakan  bahwa Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dimotorinya memang berpolitik, yakni berpolitik langit, Artinya, politik untuk mencari jalan dan ridho Allah SWT,  untuk membantu kondisi negara yang sulit di tengah  mewabahnya pandemi virus Covid-19, serta mengawasi dan mengontrol jalannya pemerintahan Joko Widodo.

Jika kita memperhatikan apa yang telah dilakukan Gatot Nurmantyo dan “KAMI “nya  sebagai kegiatan awal selama periode Agustus - Oktober 2020, maka terlihat jelas bahwa kegiatan yang telah dilakukan cenderung bermuatan politis, kegiatan tersebut antara lain;  Memproklamasikan keberadaan “KAMI” melalui deklarasi di sejumlah kota yang mendapat penolakan dari berbagai elemen masyarakat.   Menyatakan mendukung rencana aksi mogok nasional buruh mulai 6 Oktober 2020 hingga waktu pembahasan omnibus law Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja dalam sidang paripurna DPR pada 8 Oktober 2020.  Memberi kebebasan kepada para pendukungnya untuk bergabung dan membantu pengunjuk rasa atas dasar kemanusiaan. Memaksa masuk ke TMP Kalibata tanpa ijin, dan berdebat dengan prajurit yang bertugas.  Menuding Polri berupaya membangun opini tendensius terhadap KAMI sehubungan dengan aksi demo Omnibus Lawa UU-Ciptaker.  Menolak tindakan anarkistis dalam aksi unjuk rasa yang dikaitkan dengan organisasi KAMI, dan meminta agar angota Kami segera dibebaskan dari tuduhan pelanggaran UU ITE.  Mengingatkan  sikap arogansi kekuasaan  untuk tidak perlu melempar "ancaman" kepada rakyat," sebagai respons dari pernyataan pemerintah melalui  Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang  mengingatkan agar tahu batas dan tidak kebablasan.  Melakukan kritik terhadap  pemerintah sehubungan dengan penangan krisis pendemi Covid-19, Kemiskinan, Fiskal, Analisa Defisit APBN sampai dengan utang negara.

Dari berbagai informasi kegiatan tersebut diatas, dan memperhatikan  8 tuntutan KAMI kepada penyelenggara negara, jelas bahwa kelompok LSM yang dimotori Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin ini hanya mendaur ulang issue politik lama yang dijadikan sebagai tuntutan kepada penyelenggara negara,  kemudian melakukan kegiatan dalam bentuk aksi yang kontra langsung terhadap pemerintah agar mendapat perhatian publik. Esensi dari 8 tuntutan KAMI, bukanlah hal baru bagi setiap aktivis yang selalu mengkritik pemerintah, issue politik ini sudah ada dan telah lama dipakai dalam aksi-aksi demo, didiskusikan dengan pro dan kontra, jauh sebelum adanya rezim Jokowi, dan tidak menghasilkan apapun, dan saat ini KAMI mengangkat issue-issue politik ini menjadi 8 tuntutan pada penyelenggara negara, yang pasti akan menimbulkan perdebatan pajang tanpa hasil,  kecuali 8 tuntutan KAMI tersebut  diletakkan di senayan, dengan banyak kompromi.  Selain 8 tuntutan KAMI, upaya Gatot Nurmantyo mengangkat issue Pendemi Covid 19, Kemiskinan dan utang dengang fokus pada besarnya jumlah utang pemerintah menunjukkan bahwa model/cara kritik terhadap pemerintah belum berubah,  dan tidak memberi edukasi bagi rakyat, selain terkesan provokasi dan membodohi rakyat.

Memberi kebebasan kepada para pendukungnya untuk bergabung dan membantu pengunjuk rasa atas dasar kemanusiaan, adalah Tindakan intelektual yang keliru, bagi LSM yang meyuarakan “Gerakan Moral”.  Kekuatan utama kaum buruh dan mahasiswa terletak pada aksi-aksi parlemen jelanan (Demonstrasi) yang diijinkan konstitusi, sementara kekuatan Geeralakan Moral terletak pada kemampuan intelektualnya dalam mencari solusi atas suatu permasalahan melalui ruang- ruang diskusi di kampus, atau di Gedung rakyat, sehingga dukungan yang diberikan seharusnya dalam bentuk diskusi bukan aksi jalanan yang yang akhirnya berujung pada aksi anarkis, dan ditangkapnya beberapa anggota KAMI.

Kritik Presidium KAMI Gatot Nurmtyo terhadap pemerintah dalam menangani wabah Covid -19, dan  utang pemerintah yang telah mengalami  peningkatan 2 kali lipat dari akumulasi utang seluruh presiden,  sejak  Bung Karno sampai SBY,yang hampir mencapai Rp. 6000 triliun, tanpa menjelaskan penyebab dari bertambahnya utang, dan solusi terbaik dalam menangani wabah Covid -19, dapat dipresepsikan sebaga tindakan tendensius untuk memperburuk citra pemerintah. Padahal jika betul Gatot Nurmantyo dan “KAMI”nya, ingin melakukan edukasi yang benar bagi rakyat sesuai dengan amanat jatidiri KAMI,  maka kritik Gatot kepada pemerintah patut diarahkan pada  kebijakan ekonomi yang minimal dapat  tergambar dari Ringkasan ekekutif APBN yang menggambarkan trend perkembangan ekonomi dunia dan nasioanal dan  Postur APBN yang menggambarkan perkembangan realisasi APBN yang telah disetujui oleh DPR.

Gatot Nurmantyo - Dok File Index News
Gatot Nurmantyo - Dok File Index News
Mengkritik utang negara berbasis data yang bersumber dari pemerintah yang telah disetujui DPR adalah tindakan fair yang akan memberikan edukasi bagi rakyat,  sehingga dengan mudah rakyat dapat mengetahui dan memahami bahwa bertambahnya utang yang 2 kali lipat tersebut, apakah terjadi sebagai akibat dari  kesalahan dalam kebjakan ekonomi, atau rendahnya penerimaan negara dibandingkan dengan pengeluaran negara yang dipakai untuk pembangunan infra struktur, belanja rutin pemerintah, dan berbagai susidi untuk kepentingan rakyat diera pendemi covid 19, atau ada alasan lainya yang patut dikritisi untuk perbaikan ekonomi.

 Pernytaan Gotot Nurmantyo tentang jumlah utang yang hampir Rp. 6000 triliun, seolah-olah ingin memateraikan akal sehat rakyat bahwa telah terjadi hal yang buruk dalam pengelolaan keuangan negara, pada hal rakyat perlu diedukasi agar tahu bahwa ada ketentuan-ketentuan tertentu yang wajib diikuti oleh pemerintah dalam melakukan utang, dan ada ukuran atau ratio utang yang harus dipenuhi negara baru bisa diberikan pinjaman (utang), serta pinjaman yang dilakukan pemerintah harus sepengetahuan DPR sebagai wakil rakyat yang diakui konstitusi. Esensinya mengkritisi utang negara dalam bentuk kritik sangat penting, tapi harus dibarengi dengan penjelasan instrument batasan-batasan yang jelas dan bagaimana caranya negara mengelola utang, sehingga tidak timbul “slogan bodoh” sampai anak cucu kita dibebani utang oleh negara, yang sering dipakai untuk menyerang kebijakan utang oleh pemerintah.   

Dengan memperhatikan uraian diatas, maka kehadiran “KAMI” yang dimotori oleh Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin, tidak perlu disikapi berlebihan dengan penuh kecurigaan,  karena   “Politik Langit” yang dikatakan oleh mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo hanya merupakan “Alat Ukur” dalam arti  Kehadiran KAMI di pentas politik Indonesia hanya sebagai sarana untuk mengukur berapa besar dukungan rakyat bagi Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan nya  yang dapat berguna sebagai Negosiasi politik dalam konstelasi  pesta demokrasi 2024.

Evert Nunuhitu, Pengamat Sosial dan Keuangan  Publik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun