Mohon tunggu...
Eva Rosita
Eva Rosita Mohon Tunggu... Lainnya - Art and Education

Art, Linguistics, and Education

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Menjadi Netizen yang Cerdas

29 September 2019   12:05 Diperbarui: 29 September 2019   12:16 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah Anda pernah kepo terhadap komen yang ditulis netizen di update Instagram selebriti?  Atau di tengah-tengah menonton video di YouTube, Anda pause lalu lebih fokus untuk membaca reaksi viewers. Hehehe, jangan khawatir, hampir setiap orang terutama kaum milenial melakukan hal ini.

Walaupun meninggalkan komentar pada akun sosial media selebriti dan publik figur sah-sah saja, sayangnya kadang lebih banyak yang negatif ketimbang positifnya. Masyarakat terhanyut ke dalam hidup individu yang mereka bahkan tidak kenal secara pribadi dan ikut memberikan penghakiman. 

Dampak psikologis tentu juga dialami oleh sang publik figur. Kata-kata negatif yang mereka dapatkan bisa menimbulkan depresi, menurunnya kepercayaan diri, turunnya pencitraan dan pembentukan label masyarakat, serta perasaan tidak dicintai padahal mereka juga manusia seperti yang lainnya dan memiliki keterbatasan. Lalu bagaimanakah mindset yang perlu dipahami netizen sebelum mengekspresikan dirinya di media sosial? 

1. Bedakan antara empati dan simpati

Meskipun Anda sering mendengar kedua kata ini kerap berdampingan, namun sesungguhnya makna empati dan simpati berbeda. Jika saat Anda membaca atau menonton sebuah berita lalu ikut menjadi emosi atau kasihan, maka inilah yang disebut simpati. Tapi jika Anda sekedar mengetahui apa yang terjadi, memahami perasaan dan apa yang terjadi menurut perspektif orang yang mengalami maka perasaan ini disebut empati. Sebagai penikmat dan pengguna sosial media, sebaiknya gunakan empati dibandingkan bersimpati secara mendalam karena pada dasarnya setiap orang memiliki kehidupan masing-masing. 

2. Emosi negatif menular 

Pada era digital ini, masyarakat perlu berhati-hati saat menulis atau menyampaikan sesuatu. Bukan hanya bisa diperkarakan, tetapi cukup meresahkan pengaruh menularnya komentar yang bermuatan emosi negatif terhadap orang lain. Terdapat kecenderungan untuk membumbui atau ibarat meneteskan jeruk nipis di atas luka, lalu hal ini diikuti oleh orang lain. Maka jika terbersit keinginan untuk menuliskan komentar negatif, pikirkan dua kali apakah itu penting dan dampaknya terhadap orang lain. 

3. Tulis komentar positif yang saja

Begitu banyak gosip yang melibatkan selebriti dan pasti setiap orang menganggap dirinya benar. Hujatan dari masyarakat pun bertubi-tubi.  Namun rasanya tidak perlu mengikuti arus dan ikut meramaikan. Contoh komentar positif bisa ditulis seperti, "Doain aja Guys, biar cepat beres masalahnya". Toh, masyarakat juga tidak tahu persis siapa yang benar dan salah. 

4. Hidup dalam perbedaan

Setiap akun yang dibuat oleh publik figur memiliki tujuan yang berbeda. Ada yang fokus untuk bisnis dan promosi, lalu ada juga yang membagi informasi visual mengenai kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian mereka bebas mengunggah apapun yang diinginkan. Sayangnya beberapa konten yang menunjukkan gaya hidup masing-masing berbeda dengan yang dijalani netizen sehingga dipandang sebagai hal yang aneh. Maka pada poin ini penting bagi masyarakat pengguna dunia maya untuk menghargai diversitas atau perbedaan pola pikir, gaya hidup, dan kebiasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun