Mohon tunggu...
EVELYN GRESELDA FANG
EVELYN GRESELDA FANG Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi S1

Halo, nama saya Evelyn, saya akan menulis mengenai UMKM Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa UMKM Desa Sulit Berkembang?

10 Februari 2020   07:52 Diperbarui: 14 Februari 2020   22:52 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Firdaus Roslan from unsplash

Semester 5 ini, saya dan kelompok saya mengikuti salah satu program kuliah kami, yaitu Community Development (ComDev) atau yang sering dikenal sebagai PKL (Praktik Kerja Lapangan). Kami ditempatkan di Desa Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Selama ComDev, kami bertugas untuk terjun langsung ke lapangan dan membantu meningkatkan perekonomian desa dengan cara mengembangkan UMKM.

Kali ini, kami berkesempatan untuk mengembangkan UMKM mitra kami, Bu Mimin, yang berjualan aneka kue tradisional, seperti Kue Ali, Kue Cucur, Osting, dan Waffle yang merupakan inovasi dari peserta community development tahun sebelumnya. 

Sebelum menjalani ComDev selama 30 hari, kami melakukan survei terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi dari UMKM yang akan kami bantu kembangkan dan menyusun program-program yang kami rencanakan dalam suatu proposal. Sayangnya, kami tidak berkesempatan untuk bertemu dengan Bu Mimin secara langsung karena beliau berhalangan hadir, sehingga kami mewawancari adik beliau.

Melalui wawancara survei, salah satu hal yang paling sering disinggung oleh adik beliau adalah mengenai kebiasaan masyarakat sekitar dalam meminjam uang atau melakukan kredit, termasuk mitra kami. Kegiatan ini sering dilakukan dalam transaksi bisnis dan dalam pemenuhan modal yang biasanya dibutuhkan untuk biaya operasional. Meskipun narasumber menjelaskan mengenai sistem kredit, kami masih belum mengupas dan memahami secara mendalam mengenai dampak dari praktik ini.

Selang beberapa hari, kami memulai kegiatan ComDev. Pada hari pertama, kami sudah bisa melihat pelaksanaan kredit dan management finansial dari Bu Mimin. Kami menyadari bahwa pengaturan uang Bu Mimin masih kurang; setelah Ia mendapatkan penghasilan dari penjualannya, uang tersebut langsung digunakan untuk modal operasional tanpa adanya pencatatan pendapatan dan pengeluaran, serta planning yang jelas untuk pemanfaatan dari pendapatannya.

Dari sini kami menyadari bahwa Bu Mimin masih kurang dalam melakukan perencanaan jangka panjang. Bu Mimin juga merupakan peserta community development pada tahun lalu dan salah satu acara sekunder yang Ia ikuti merupakan seminar mengenai akuntansi. Sayangnya, pengaplikasian dari workshop tersebut tidak diterapkan dalam kegiatan usaha sehari-harinya

Hal ini sangat disayangkan karena beliau sebenarnya memiliki visi dan mimpi yang cukup jelas mengenai kemana beliau ingin membawa UMKM-nya ini. Strategi yang kurang terstruktur ini juga menjadi hambatan dan kendala bukan hanya untuk Bu Mimin, tetapi juga kepada UMKM lain melalui perbincangan yang kelompok kami lakukan dengan kelompok lainnya.

Selain itu, edukasi mengenai marketing dan branding yang kurang juga merupakan salah satu penghambat berkembangnya UMKM. Produk yang dijual Bu Mimin banyak digemari oleh penduduk sekitar, tetapi apabila pemasaran hanya dalam jangkauan wilayah desa tanpa adanya terjadi ekspansi, maka income juga sulit meningkat.

Kami juga menganalisis dari UMKM lain yang berjualan berbagai jenis produk, bahwa mereka hanya melakukan distribusi produk di daerah sekitar dan mengandalkan pelanggan lama yang sudah sering membeli produk tanpa melakukan perkenalan produk ke pelanggan baru yang berpotensi untuk melakukan purchase bahkan repeat order.

Sampai hari ini, kedua masalah tersebut merupakan masalah dan isu terbesar yang kami temukan. Untuk saat ini, kami berusaha untuk melakukan edukasi sambil mempraktikannya. Dengan pemahaman dan pengaplikasian, kami berharap akan terbentuk suatu pola kebiasaan yang dapat memperbaiki sistem dan cara pengelolaan dari aspek-aspek UMKM di desa ini.

Referensi:

Photo by Firdaus Roslan from unsplash

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun