Mohon tunggu...
Eveline Yulianti Bayu
Eveline Yulianti Bayu Mohon Tunggu... Akuntan - Ibu rumah tangga yang tinggal di outback Australia, mencintai budaya dan traveling.

Always look at the bright side https://evelinegoesholiday.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peringatan Hari Kartini atau Peringatan Peragaan Busana?

22 April 2017   11:30 Diperbarui: 22 April 2017   20:00 2668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERINGATAN HARI KARTINI ATAU PERINGATAN PERAGAAN BUSANA

Oleh: Eveline Y. Bayu

Sudah menjadi tradisi atau lebih tepatnya disebut kebiasaan, bahwa setiap peringatan Hari Kartini tanggal 21 April, maka kaum perempuan akan memakai kebaya, sedangkan anak sekolah akan memakai kebaya atau baju daerah. Lalu di sekolah atau mall diadakan lomba peragaan busana baju daerah. Selanjutnya sudah dapat ditebak, media sosial akan ramai dengan postingan yang memamerkan fotonya bersama teman-teman dalam balutan kebaya. 

Mengapa peringatan Hari Kartini diidentikkan dengan memakai kebaya dan peragaan busana? Apakah karena RA Kartini dulunya mengenakan kebaya? Kalau itu yang menjadi alasan, ya mari kita buat hari kebaya seperti kita memiliki hari batik. 

RA Kartini bukanlah seorang wanita yang berprofesi sebagai peragawati atau foto model, dia hanyalah wanita biasa yang memiliki pemikiran yang luar biasa tentang potensi kaum wanita. Hal ini yang sering  kita lupakan saat memperingati Hari Kartini. Ketika sekolah meminta siswanya untuk mengenakan kebaya saat peringatan Hari Kartini, itu juga merepotkan para orang tua. Para orang tua harus menyewa atau membeli baju daerah atau kebaya. Kemudian mereka harus bangun pagi untuk ke salon atau merias sendiri anak-anaknya. Itu semua memerlukan biaya extra. Tapi nilai positif apa yang didapatkan oleh anaknya. Paling-paling anaknya akan bahagia ketika menang lomba peragaan busana dan pulang membawa piala.

Ada beberapa cara untuk memperingati Hari Kartini agar memberikan arti bagi kita. Sekolah dapat memanggil seorang wanita yang memiliki kisah hidup yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kemudian siswa diminta untuk mendengarkan kisah perjuangan wanita tersebut dalam menolong sesama. Lalu siswa diminta membuat tulisan mengenai tokoh tersebut dari sudut pandang siswa. Hal ini dapat menimbulkan motivasi bagi siswa untuk menolong sesama dan membangun negeri ini.

Cara lain memperingati Hari Kartiniya itu dengan mengadakan kunjungan ke Museum RA Kartini di Rembang dan Jepara. Dengan melihat barang-barang peninggalan RA Kartini, kita diingatkan lagi akan perjuangan RA Kartini terhadap emansipasi wanita. Perjuangan RA Kartini bukan melalui pakaian kebaya, tetapi melalui pemikiran dan surat-surat yang ditulisnya.

Banyak wanita di Indonesia yang berjuang menolong sesama, seperti memberikan pendidikan gratis kepada anak jalanan, menjadi bidan atau dokter tanpa dibayar, merawat lansia tanpa imbalan. Alangkah baiknya saat memperingati Hari Kartini, kita mengumpulkan sumbangan untuk membantu para wanita tersebut menolong sesamanya. Ini adalah secuil ide dari penulis. Semoga peringatan Hari Kartini di tahun 2018 dan seterusnya lebih memberikan nilai-nilai positif dan manfaat bagi bangsa ini, bukan ceremonial semata.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun