Mohon tunggu...
Eva Syarifah J
Eva Syarifah J Mohon Tunggu... Freelancer - nothing

you are what you eat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pola Asuh Permisif, Apakah Tepat?

21 Januari 2021   00:10 Diperbarui: 21 Januari 2021   00:18 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

John Watson mengemukakan bahwa orangtua terkadang terlalu memusatkan kasih sayang dalam kewenangan mereka.

Biasanya ketika individu lahir ke dunia, lingkungan sosial pertama dan utama yang dirinya temui adalah keluarga. Keluarga juga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat. Terdiri dari ayah, ibu dan pastinya individu itu sendiri. Anggota keluarga ini saling berinteraksi dalam hubungan jangka panjang. Bentuk interaksi ini yang dilakukan juga berpengaruh dalam membentuk watak, sifat, tingkah laku dan kepribadian anak.

Dalam proses interaksi yang dilakukan, orangtua akan membentuk suatu pola pengasuhan. Namun, tidak semua orangtua memakai pola asuh yang sesuai untuk buah hatinya dan tak jarang pola asuh yang salah bisa berpengaruh buruk pada sang anak. Mengenai pola asuh, Hurlock  membaginya menjadi tiga, yaitu pengasuhan otoriter, demokratis dan permisif. (Makagingge et al., 2019) Pada artikel ini, penulis akan membahas mengenai pola asuh permisif.

Pola Asuh Permisif

Kartono mengungkapkan bahwa orangtua dengan pola asuh permisif biasanya memberikan keleluasaan sepenuhnya dan anak memiliki ijin untuk menentukan keputusannya sendiri atas apa yang ingin dilakukan. Biasanya, orangtua tidak pernah mengarahkan anak atas apa yang baik atau buruk atau yang sebaiknya dilakukan, hingga mengakibatkan tiadanya komunikasi yang terjalin.(Pravitasari, 2012)

Perlu diketahui bahwa pola ini terbagi menjadi dua, yaitu permisif-memanjakan (pemissive-indulgent parenting) dan permisif-tidak peduli (permissive-indifferent parenting). (Santrock, 2018)

Pola asuh permisif memanjakan atau permissive-indulgent parenting adalah pola asuh yang mana orangtua begitu terlibat dengan sang buah hati, tetapi cenderung sangat sedikit sekali dalam pengendalian dan tuntutan. Nantinya, pola ini berkaitan erat dengan ketidakcakapan sosial remaja yang bisa mengakibatkan kurangnya pengendalian diri atau kontrol dalam hidup remaja itu sendiri.

Orangtua dengan sikap permisif ini akan mengijinkan apapun yang anaknya inginkan, sehingga akibatnya sang anak tidak pernah bisa belajar dan tidak bisa mengendalikan atau mengontrol semua hal yang diinginkannya. Dengan pola asuh ini, biasanya orangtua percaya bahwa dengan kombinasi keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan mampu menghasilkan anak yang percaya diri, kreatif dan mandiri.

Contoh dari pola asuh ini adalah dengan membiarkan anak membolos ketika pembelajaran di Sekolah dilakukan.

Pola asuh permisif kedua adalah permisif tidak peduli atau permissive-indifferent parenting. Jika pola persmisif pertama orangtua cenderung sedikit sekali pengendalian, berbeda dengan pola permisif kedua yang bahkan orangtua tidak ikut campur dalam kehidupan sang anak. Anak dengan pola asuh ini akan memiliki pengendalian diri yang kurang, tidak cakap dalam sosial dan tidak memiliki batasannya sendiri.

Contoh dari pola asuh ini adalah ketika orangtua ditanya mengenai keberadaan anaknya ketika malam datang, orangtua tidak memiliki jawaban nya karena tidak mengetahui keberadaan sang anak.

Dampak pola asuh permisif

Meninjau beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pola asuh permisif, penulis menemukan bahwa hampir tidak ada dampak positif atas pola asuh ini. Sebaliknya yang didapat hanya dampak negatif saja, baik dampak ke depannya untuk orangtua maupun anak.

Dampak negatif pola ini terhadap remaja biasanya dikaitkan dengan kenakalan remaja yang banyak macamnya, seperti membolos, merokok, mencuri, balapan liar, memakai obat-obatan terlarang dll. Menurut penulis, padahal sebenarnya ada yang lebih penting dari itu.

Anak dengan pola asuh permisif biasanya tidak memiliki rasa tanggung jawab dan tidak berusaha atas dirinya dan orang lain, karena terbiasa mengabaikan dan tanpa kontrol. Ketika dimintai untuk belajar yang mana sebenarnya untuk kebaikannya sendiri, anak dengan pola asuh ini akan abai dan pantang berjuang (bukan pantang menyerah) bahkan merasa apa yang dipelajarinya tidak penting untuk masa depannya.

Jika pengabaian dan ketidakpedulian karena berawal dari tiadanya kontrol itu terus dibiarkan dan tetap berlanjut, maka bisa jadi ke depannya dengan karakternya ini akan menyulitkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan lebih parah dari itu.

Sedangkan, dampak pola asuh ini untuk orangtua adalah terhambatnya kedewasaan anak yang akan menyebabkan kesulitan juga untuk orangtua. Karena tentunya, mereka akan terus bergantung, kurang disiplin dan tiadanya tanggung jawab.

Dengan alasan-alasan tersebut, orangtua sebaiknya tidak memakai pola asuh ini. Orangtua tetap perlu memberikan batasan dan kendali atau kontrol untuk anak dalam bentuk yang sewajarnya dan seporsinya. Bagaimana pun, ketika orangtua tidak memberlakukan hukuman atau menerapkan aturan, anak cenderung tidak akan menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan sebagai interaksi antara orangtua dan anak harus terus dijalin dan dijaga dengan sangat baik agar hubungan harmonis dan ideal tetap terbangun. Karena karakter juga terbentuk dari pembiasaan.

Referensi

Makagingge, M., Karmila, M., & Chandra, A. (2019). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Anak (Studi Kasus Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di KBI Al-Madina Sampangan Tahun Ajaran 2017/2018). 3(2).

Pravitasari, Ti. (2012). Perilaku Perspesi Pola Asuh Permisif Orang Tua Terhadap Perilaku Membolos. Educational Psychology Journal, 1(1).

Santrock, J. W. (2018). Adolescence: Perkembangan Remaja (S. B. Adelar & S. Saranggih, Trans.; 6th ed.). PT. Gelora Aksara Pratama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun