Mohon tunggu...
Eva Suarthana
Eva Suarthana Mohon Tunggu... Dosen - Seorang dokter dan epidemiolog yang saat ini bekerja sebagai peneliti di Montréal, Canada.

Seorang dokter dan epidemiolog yang saat ini bekerja sebagai peneliti di Montréal, Canada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Satu Atap, Tiga Kebangsaan, Tiga Bahasa

29 Oktober 2016   06:31 Diperbarui: 29 Oktober 2016   09:05 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, saya ingin berbagi pengalaman beratnya tantangan yang dihadapi para orang tua di luar negeri dalam mempertahankan identitas anak sebagai bangsa Indonesia. Walau kedua orangtuanya WNI, ketiga anak kami memiliki kewarganegaraan ganda karena lahir di Amerika Serikat dan Kanada. 

Jaman sekarang, orang tua di Indonesia berambisi anaknya bisa fasih berbahasa Inggris sedini mungkin. Bahkan teman bercerita anaknya yang kelas satu SD sudah mendapatkan mata pelajaran bahasa Inggris, yang jaman kami dulu baru diajarkan di bangku SMP. Penguasaan multi bahasa, khususnya bahasa Inggris, dipercaya merupakan investasi jangka panjang untuk bekal pendidikan di jenjang yang lebih tinggi dan berkompetisi di dunia kerja. Tak heran para orang tua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke dalam program kursus bahasa Inggris. 

Sebaliknya, orang tua yang membesarkan anaknya di luar negeri harus berjuang keras untuk membuat si anak bisa dan mau berbahasa Indonesia. Putri kami lahir di Morgantown di negara bagian West Viginia, Amerika Serikat, di mana hanya ada sekitar 15 orang Indonesia di kota berpenduduk 50.000 orang tersebut. Sebagian besar penduduk berkulit putih, tetapi karena ada rumah sakit pendidikan Ruby Hospital, banyak imigran dokter dari India dan Pakistan yang menetap di sana.

Saya dan suami ingin anak-anak bisa berbahasa Indonesia agar bisa berkomunikasi dengan baik dengan kakek nenek dan saudara-saudara di tanah air. Sempat terbersit kekhawatiran apakah sebaiknya dikenalkan dengan bahasa Inggris terlebih dulu agar mudah beradaptasi di lingkungan. Kekhawatiran itu hilang setelah berkonsultasi dengan teman-teman sesama imigran.

Anak-anak tetangga yang berasal dari India dan Pakistan semua bisa berbahasa Urdu sedangkan yang berasal dari negara Timur Tengah semua bisa berbahasa Arab, dan mereka semua fasih berbahasa Inggris. Bagaimana caranya?  "Kami haruskan mereka bicara dalam bahasa Urdu di rumah," begitu tutur si tetangga dari Pakistan. "Terserah mereka mau pakai bahasa apa di luar rumah, tetapi begitu masuk rumah mereka harus berbahasa Urdu. Lingkungan dan media tidak kondusif untuk anak belajar berbahasa ibu. Kalau bukan orang tua yang mengajarkan, anak-anak tentunya tidak akan mengenal bahasa ibunya."  

Jadilah sejak putri kami lahir kami selalu bicara dalam bahasa Indonesia di rumah. Kami hanya kenalkan bahasa Inggris melalui buku-buku cerita anak dan acara televisi lokal, tidak pernah secara formal. Saat usianya menginjak satu setengah tahun, kami pindah ke Montreal, kota kedua terbesar di Canada. Hampir semua anak di Montreal bilingual Inggris dan Perancis yang merupakan bahasa pengantar resmi di propinsi Quebec. Anak-anak imigran bahkan umumnya trilingual dengan bahasa ibu masing-masing.

Karena saya dan suami bekerja, putri kami dititipkan di daycare yang kebetulan berbahasa pengantar Prancis. Awalnya putri saya hanya menjadi pengamat dan pendengar yang baik. "Dia tidak pernah bicara Perancis di kelas, tetapi dia dapat mengerti dengan baik," begitu kata si guru. Setelah sekitar tiga bulan, dia bisa berkomunikasi dengan baik dengan teman-teman dan gurunya dalam bahasa Prancis.

Saat ini di usianya yang keenam alhamdulillah putri kami dapat berkomunikasi dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Prancis, serta mulai belajar membaca Al-Qur'an. Kebetulan ia suka mendengarkan lagu-lagu anak Indonesia di Youtube. Kami sering putarkan lagu-lagu anak Indonesia yang autentik produksi PT Gema Nada Pertiwi. Walau dengan aksen yang mirip-mirip Cinta Laura, bisa juga putri kami menyanyi lagu anak Indonesia, mulai "Kupu-kupu", "Potong bebek angsa", " sampai "Gelang sipatu gelang". Mari kita lestarikan bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia. 

SOEMPAH PEMOEDA

Pertama :

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun