Anak saya saat ini kelas dua sekolah dasar di Montreal, Canada. Ada  yang menarik dengan sistem rewards and punishment oleh gurunya di  sekolah. Secara formal, murid dinilai beradasarkan hasil ujian formatif  dan sumatif.Â
Setiap kuartal murid akan mendapatkan raport berisi angka  pencapaian individu dibandingkan nilai rerata kelas, tetapi tidak ada  sistem peringkat. Murid dengan nilai tetinggi di setiap mata pelajaran  akan mendapatkan sertifikat dan namanya akan dipampang di papan  pengumuman sekolah. Sistem ini memberikan reward bagi si anak yang  berprestasi baik, tanpa menimbulkan rasa malu pada anak yang kurang  berprestasi.
Secara informal, sekolah juga menerapkan sistem Class  Dojo untuk mengasah kemampuan sosial dan emosi (social and emotional  learning). Tujuannya agar murid memiliki kemampuan berpikir untuk  berkembang (growth mindset), ketekunan dan semangat pantang menyerah  (perserverance), empathy, menghargai kebaikan orang lain (gratitude),  dan memikirkan dampak dari setiap tindakan (mindfulness).
 Untuk  memotivasi murid, setiap orang mendapatkan poin untuk setiap kebaikan  yang dilakukan setiap hari, misalnya selalu mengerjakan PR, berpartipai  aktif dan menyimak dengan baik dalam kelas, membantu teman yang dalam  kesulitan, dll. Untuk setiap 50 poin yang terkumpul, murid berhak  mendapatkan hadiah-hadiah sederhana (buku gambar, dll).Â
Murid yang  memiliki 150 poin akan mendapatkan bonus berupa undangan untuk makan  bersama wali kelasnya di restaurant.  Sistem ini memberikan reward bagi  si anak yang aktif dan berperilaku baik dengan cara terukur dan adil. Â
Menariknya lagi, anak-anak yang berprestasi baik duduknya disandingkan  dengan anak-anak yang kemampuannya kurang untuk membantu mereka dalam  keseharian. Hal ini juga menumbuhkan kepercayaan diri pada anak-anak  sejak dini.Â
Sementara anak saya yang masih berada di playgroup  juga mendapatkan laporan setiap enam bulan sekali. Menariknya, kategori  penilaian yang diberikan adalah sangat baik, baik dan cukup. Sementara  di Indonesia umumnya digunakan kategori baik, cukup, dan kurang. Â
Secara  psikologis, saya membayangkan jika anak saya mendapatkan penilaian  "kurang" sebagai orang tua pastinya saya akan merasa malu. Dampaknya,  mungkin saya akan marah atau kesal terhadap si anak  karena tidak bisa  mendapatkan nilai yang cukup. Baik orang tua dan anak menjadi stres.Â
Seorang  guru playgroup juga pernah bercerita tentang cara menangani anak-anak  yang tergolong bandel dan sering mengganggu teman-temannya. Anak-anak  ini tidak dihukum, misalnya dengan berdiri di pojok ruangan, karena akan  menjatuhkan mental mereka. Setelah memberikan teguran, si guru akan  mengajak anak-anak ini untuk beraktivitas, misalnya lari bersama  mengelilingi ruangan sehingga energi si anak tersalurkan dengan baik .Â