Mohon tunggu...
Evaristus Cahya
Evaristus Cahya Mohon Tunggu... Guru - Menulis bagian dari hobiku.

Belajar kapan saja, di tempat manapun juga, dan sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandemi Mengubah Cara Pandang Pendidik

17 Juni 2021   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2021   10:17 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pribadi { Stella Matutina )

Mulai Senin, tanggal 16 Maret 2020, pembelajaran tidak lagi tatap muka di sekolah tetapi lewat jarak jauh yang disebut PJJ  (Pembelajaran Jarak Jauh) yang disebabkan oleh adanya wabah pandemi (wabah yang menjalar di seluruh dunia)  Corona Virus Disease 2019 (Covid -19). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penularan Covid-19 tersebut kepada para peserta didik. Semua heboh, semua bingung, bagaimana caranya? Tidak lain dengan jaringan internet dan media  yang mendukung yaitu HP (Hand Phone) dan komputer atau laptop yang dapat digunakan untuk komunikasi jarak jauh.

Membuat budaya PJJ ini tidaklah gampang, karena dalam waktu yang singkat dan kondisi darurat. Pemerintah dengan sigap menyiapkan segala sesuatu agar paling tidak PJJ bisa berjalan. Para pendidik segera dibekali tentang pengetahuan IT (Information Technology) secara cepat dan peserta didik dibimbing dengan menggunakan IT yang mendukung PJJ dengan cepat pula.

Siapa yang tidak kelagapan? Pemerintah sempat memberi fasilitas di televisi tentang  belajar dari rumah (BDR) pada pertengahan bulan April 2020.  Program ini diisi dengan berbagai tayangan edukatif dan menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran bagi peserta didik, orangtua, dan pendidik. Sudahkah selesai solusinya?

 Siswa dan pendidik sedikit lega ada fasilitas itu, muncul permasalahan baru pada orang tua peserta didik yang harus mendampingi, selain terbentur pekerjaan sehari-hari juga kemampuan dalan teknologi masih belum mereka kuasai. Pembekalan lain untuk meningkatkan kinerja pendidik adalah pelatihan-pelatihan menggunakan sarana belajar yang lain, misalnya Google Classroom, Google Form, Quizziz, Cisco Webex , WhatsApp, dan lainnya.

 Kurikulum pun tidak kalah hebohnya dengan merevisi cara-cara yang dapat menyesuaikan PJJ. Apakah kita sebagai pendidik akan menuntuk peserta didik mendapatkan pelajaran, tugas serta nilai maksimal,... tunggu dulu. Mengubah kebiasaan tidak semudah membalikkan tangan. Kendala demi kendala muncul, kuota yang minim, kapasitas HP yang minim, perangkat yang tidak memenuhi syarat, kebiasaan peserta didik untuk belajar di rumah yang belum menjadi pembiasaan, basik kemapuan pendidik menguasai IT dalam waktu yang singkat, serta perekonomian yang ikut terombang ambing karena dampak pandemi Covid-19.

 Pemerintah dan lembaga pendidikan harus bisa berlaku bijak dalam pelaksanaan PJJ ini. Segala output yang dihasilkan dari PJJ saat ini  memprihatinkan, perlu disadari sungguh-sungguh. Kapan Pandemi Covid-19 akan berakhir juga belum kita ketahui. Solusi yang terpenting adalah memaklumi segala kondisi seperti ini, karena yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menyelamatkan generasi bangsa dari wabah pandemi Covid-19. Paling tidak kita sebagai pendidik ada semangat dikit demi sedikit untuk meningkatkan pembelajaran PJJ yang dapat diikuti oleh peserta didik yang sedang belajar di rumah.

Pendidik tidak perlu menggunakan aplikasi yang canggih-canggih dalam pembelajaran. Toh akhirnya peserta didik kesulitan untuk mengikuti, gunakan aplikasi yang mudah dan umum sehingga sebagaian besar peserta didik dapat menikmati tayangannya dan tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan mudah.

Peserta didik dapat menggunakan aplikasi yang canggih jika itu bersifat umum dan dapat dinikmati peserta didik secara bersama, misalkan live streaming di canel you tube, menggunkan aplikasi yang menarik untuk ditampilkan di video. Pendidik lebih memahami situasi di lapangan dalam PJJ.

Keprihatinan muncul lagi di balik pembelajaran, yaitu kebiasaan belajar di rumah, tidak sedikit peserta didik belum menyadari arti sebuah tanggung jawab dan kemandirian yang semula mendapat bimbingan secara langsung dan diamati secara langsung pula saat pembelajaran di sekolah. Tidak menaati jam pelajaran di rumah, belum siap membagi waktu antara belajar dan bermain, tidak sedikit peserta didik yang tidak presensi, tidak masuk kelas PJJ, tidak mengerjakan tugas, apalagi ada ide cara-cara mereka mempermudah melaksakan tugas secara PJJ. Sekali lagi butuh waktu.

Penulis : Widi Nugroho AP/ SMP Stella Matutina

Editor  : Evaristus Astarka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun