Mohon tunggu...
Evaristus Cahya
Evaristus Cahya Mohon Tunggu... Guru - Menulis bagian dari hobiku.

Belajar kapan saja, di tempat manapun juga, dan sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayo Belajar Cerdas dalam Bermedsos

14 April 2021   11:03 Diperbarui: 14 April 2021   15:28 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seminar Daring (dok.pri)

Pada masa pandemi virus Covid-19 ini, hampir semua  generasi mau tidak mau harus berhubungan dengan gawai. Generasi Milenial ( generasi Y), generasi Z, generasi X bahkan sebagian generasi "Baby Boomers" mau tidak mau harus bersentuhan dengan gawai. Hampir semua bidang pekerjaan memfungsikan gawai. Dengan melejitnya pengguna gawai, pengguna media sosial pun semakin berkembang.

Media sosial adalah suatu sarana dalam berkomunikasi tanpa mengalami batasan ruang dan waktu. Media sosial adalah salah satu fitur yang paling sering digunakan oleh pengguna internet saat ini. Baik balita, anak- anak, remaja, tua, bahkan lansia. Gawai sebagai alat komunikasi modern zaman ini.

Seperti yang disampaikan dalam  (Merdeka.com)  bahwa berdasarkan studi dan riset data yang dihimpun oleh We Are Social pada tahun 2019, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 150 juta orang. Hal ini dapat diartikan bahwa sekitar 57% dari seluruh penduduk Indonesia sudah menggunakan berbagai media sosial.

Jika tahun 2019 pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 57%, bagaimana dengan tahun 2020 dan 2021 ? Awal Maret tahun 2020 saat virus corona masuk Indonesia, pengguna gawai melonjak sangat drastis. Anak sekolah dari TK sampai perguruan tinggi menggunakan gawai. Karyawan yang bekerja di rumah, mau tidak mau juga menggunakan gawai. Hal ini yang menyebabkan pengguna media sosial melonjak drastis. Macam-macam media sosial yang banyak digunakan antara lain yaitu youtube, whatsapp, facebook, instagram, tiktok, line, dan twitter.

Dalam Seminar Guru Se-Jakarta Utara secara virtual dengan tema " Pentingnya Kemampuan Guru Berpikir Kritis dalam Menyikapi Literasi Digital" disampaikan tentang perkembangan era digital, berpikir kritis dan literasi digital, Mafindo dan cek fakta, dan dilanjutkan diskusi dan tanya jawab. Materi disampaikan oleh Julita Hazeliana M. dari lembaga Mafindo ( Masyarakat Anti Fitnah Indonesia).  Disampaikan tentang pengertian berpikir kritis yaitu " Berpikir kritis adalah seperangkat keterampilan dan pemahaman, kemampuan untuk bermain kata-kata, sensitivitas untuk menangkap konteks, emosi dan perasaan, dan keterbukaan untuk menjadi kreatif dan mendapatkan pandangan baru. ( Cohen, 2015 ). " Berpikir kritis adalah pembelajaran untuk berpikir secara kritis, analitis, dan evaluatif, di mana terjadi proses yang melibatkan mental seperti pengamatan, kategorisasi, seleksi, dan menilai. ( Cottrel, 2015)"

Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari literasi informasi. Hal ini sangat diperlukan semua orang supaya ketika berinteraksi dengan konten daring dapat secara cerdas mencari bukti kebenaran informasinya.  Dampak tidak berpikir kritis yaitu 1). Mudah beraksi, menggunakan emosi secara langsung. 2). Stres dan kehabisan energi. 3). Mudah dimanipulasi oleh argumen orang lain. 4). Mudah goyah dan tidak stabil.

Hal ini bisa terlihat dari reaksi waktu menerima informasi di media sosial. Orang yang kurang berpikir kritis akan mudah termakan berita " hoaks" dan mudah kena tipu.  Kita harus mampu menyaring dan mencari bukti tiap informasi di media sosial supaya tidak dirugikan.

Dalam seminar juga ditayangkan film pendek yang mengisahkan seorang siswi yang sedangkan melakukan wawancara tahap akhir seleksi beasiswa ke luar negri. Semua persyaratan administrasi dan hasil wawancara menunjukan hasil yang bagus. Siswi tersebut gagal karena pada tahap seleksi lewat " rekam jejak digital", siswi tersebut menayangkan konten memberi alkohol pada seekor anjing dan menuliskan judul dengan kata-kata yang kasar.

Dari cerita pendek tersebut dapat disimpulkan bahwa sangat penting rekam jejak digital bagi masa depan seseorang. Akhir-akhir ini banyak kita lihat aksi para remaja untuk eksis di media sosial. Mereka ingin terkenal menjadi "youtuber' atau artis medsos lainnya. Mereka berlomba-lomba membuat "konten" yang menarik. Konten yang dibuat kadang bersifat positif yang berguna untuk orang lain, kadang bersifat iseng untuk lucu-lucuan yang tanpa disadari merugikan orang lain atau tanpa sadar merugikan diri sendiri.

Media sosial sebagai sarana untuk berekspresi tanpa batas hingga lupa aturan. Karena ketidaktahuan, mereka tidak menyadari bahaya yang mengancam mereka dari media sosial yang digunakan. Keterbatasan informasi dan kurangnya pendampingan,  para remaja kadang kurang bijak dalam memfungsikan media sosial . Mereka tidak menyadari bahwa "rekam jejak digital " yang mereka lakukan baik yang bertujuan positif atau hanya sekadar mencari sensasi atau iseng, akan melekat dalam diri mereka seumur hidup dan  sangat menentukan masa depan mereka sendiri. Oleh karena itu, orang tua dan para pendidik harus memberi contoh dan mendampingi para remaja supaya cerdas dalam memanfaatkan media sosial.

Penulis : MM. Sri Sumarni/ SMP Marsudirini Priok 

Editor  : Evaristus Astarka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun