Mohon tunggu...
Evaristus Cahya
Evaristus Cahya Mohon Tunggu... Guru - Menulis bagian dari hobiku.

Belajar kapan saja, di tempat manapun juga, dan sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tak Perlu Malu Belajar dari Telo

20 Maret 2021   09:23 Diperbarui: 20 Maret 2021   09:23 2597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Yuk makan telo" Sumber Ft: antarafoto

Siapakah yang saat ini masih suka makan ketela pohon, ubi kayu, atau singkong? Mungkin banyak yang merasa males dengan makanan yang dianggap ndeso ini. Sah dan tidak ada yang perlu disalahkan. Ya, makanan yang khas disebut telo oleh masyarakat Jawa ini memang makanan desa yang sebenarnya sangat enak, apalagi  dimakan dengan ditemani secangkir kopi atau  teh hangat loh.

Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot esculenta) adalah tanaman dari  suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran yang sangat lezat.

Tanaman ini mudah hidup, tidak membutuhkan perawatan khusus dan tidak membuat penanamnya ribet dalam merawatnya. Tanah tidak subur (gersang) pun bisa hidup dan menghasilkan apalagi jika tanahnya subur. Wah , pasti akan menghasilkan telo yang banyak dan besar- besar. Ingat , jadi bisa ditanam di mana saja dan tidak perlu pupuk secara langsung.

Pernahkah kita mendengar omongan orang yang sedang marah mengatakan " Wah, telo koe ki." Sebuah kalimat yang sederhana tetapi kadang bermaksud merendahkan orang lain. Mungkin orang itu belum tahu filosofi di balik sebuah telo. Maka tanpa merasa bersalah ya terucap juga kata itu. Padahal sungguh keren filosofi dari sebuah telo. Mau tahu?

Telo, itu tetap akan tumbuh dan berkembang tanpa diperlukan sebuah intrik dan rekayasa. Semua yang ada dalam tanaman telo pun bisa terpakai dan berguna bagi kita. Daunnya bisa untuk lalapan, dibuat rolade, bisa untuk makan ternak, dan lainnya. Batang tanaman telo bisa untuk pagar, sangat kuat dan kokoh.  La.. kalau telonya sendiri bisa dibuat apa saja enak dan rasanya maknyus. Tinggal kreativitas pengolah makanan saja dalam menjadikan hidangan.

Umumnya tanaman telo tumbuh lumayan tinggi, tetapi yang membesar ada di bagian bawah yaitu "buahnya". Hal ini tidak seperti manusia, semakin tinggi jabatan, pangkat, dan kehormatannya, tidak sedikit yang justru semakin menjauh dari akarnya. Orang mengatakan layaknya " kacang lupa akan kulitnya" alias lupa asal usulnya.  Dengan demikian banyak yang terkena kasus korupsi dan sejenisnya.

Sudah sepantasnya jika kita itu harusnya merendah tidak perlu menonjolkan diri, biarlah orang lain yang menilai. Kita perlu belajar dari telo yang ketika kita diberi amanah, punya kedudukan wajib sopan tanpa merendahkan orang lain.

Oya, kembali ke telo.  Sayang  loh jika hari  ini masih ada  orang  yang sudah tidak  doyan makan telo. Entah kenapa, atau mungkin masih beranggapan karena telo kurang bergengsi ya? Yakin, tidak penasaran makan telo? Coba deh sekali- kali datang ke Salatiga, dan  tidak ada salahnya membeli oleh-oleh khas  Salatiga yang berbahan dasar telo. Datang saja ke ABC, tanya orang Salatiga sudah pada tahu tempatnya (iklan nih). Gampang kan? Yuk, kita makan telo dan tahu filosofi dari sebuah telo. Hidup telo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun